Berita Ekonomi Bisnis

Soma Chicken Tulungagung Memilih Layanan QRIS dan Payroll CIMB Niaga, Lebih Mudah dan Menguntungkan

Penulis: David Yohanes
Editor: Sri Wahyuni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LAYANAN QRIS - Seorang pembeli di Soma Chicken Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sedang menggunakan layanan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Kamis (21/8/2025) lalu. Jaringan ayam goreng asli Kabupaten Tulungagung ini beralih ke layanan CIMB Niaga, karena dinilai lebih mudah dan menguntungkan.

TRIBUNMATARAMAN.COM I TULUNGAGUNG - Soma Chicken, usaha makanan cepat saji ayam goreng yang lahir di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memilih layanan perbankan CIMB Niaga sejak awal 2025.

Layanan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan payroll (sistem penggajian) yang ditawarkan CIMB Niaga dinilai lebih mudah digunakan serta lebih menguntungkan.

Penggunaan layanan perbankan digital ini dinilai strategis karena kecenderungan masyarakat yang beralih dari transaksi tunai menjadi nontunai (cashless).

“Dulu transaksi nontunai masih menggunakan mesin EDC (electronic data capture). Tapi sekarang konsumen lebih sering pakai QRIS dari pada EDC,” tutur Admin Soma Chicken, Edi Rohman (28) saat ditemui di Gerai Karangrejo.

Edi berkisah, Soma Chicken dirintis Pak Sodik, warga Desa Jeli, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung di tahun 2019.

Berbekal pengalaman menjadi General Manager di sebuah jaringan waralaba ayam goreng nasional, Sodik memulai usaha di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

Di tahun yang sama, Soma Chicken membuka gerai di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantru, tepatnya di depan Pasar Ngantru.

Kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi sembilan cabang, masing-masing enam di Tulungagung, dan tiga di Kediri.

Baca juga: Iklan Shopee 9.9 Super Shopping Day Makin Seru Bareng Hearts2Hearts

Edi mengaku, sejak 2020 Soma sudah bekerja sama dengan perbankan untuk layanan transaksi digital dari bank milik pemerintah.

“Awal berdiri kami menggunakan bank negara, tapi sering terjadi masalah saat pencairan. Akhirnya kami pindah ke bank swasta lainnya,” jelasnya.

Saat awal penggunaan QRIS, volume transaksi digital hanya sekitar 5 persen dari total transaksi.

Namun Edi melihat tren transaksi QRIS yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Sementara layanan QRIS dari bank sebelumnya ada kendala karena tidak bisa real time.

“Kalau yang lama, begitu transaksi QRIS kita terima notifikasinya, tapi uangnya belum masuk. Pencairannya ada waktu-waktu tertentu,” paparnya.

Penundaan waktu pencairan ikut mempengaruhi pengaturan cash flow perusahaan.

Halaman
123