Berbeda saat kemarau, di musim hujan kebakaran lebih disebabkan faktor teknis di rumah-rumah.
Yang paling sering adalah korsleting listrik atau kebocoran gas elpiji.
Bambang menyebut, peralatan non-SNI sering memicu korsleting dan kebakaran.
Salah satunya penggunaan kabel serabut untuk instalasi listrik.
Ada pula perilaku warga yang menggunakan sambungan T untuk sejumlah peralatan listrik di 1 titik secara bersamaan.
“Misalnya ada alat listrik dengan daya (watt) besar, kemudian dipasang dengan sambungan T. Nah, di titik T ini bisa ngefong sampai muncul api,” paparnya.
Nyala api dari sambungan T yang kelebihan beban ini bisa menyambar benda di sekitarnya, kemudian memicu kebakaran.
Selama ini kebakaran tidak pernah terjadi pada instalasi standar yang dibuat ahli listrik.
Kebakaran timbul pada jaringan tambahan yang dibuat pemilik rumah tanpa memperhatikan faktor keamanan.
(David Yohanes/TribunMataraman.com)
Editor : Sri Wahyunik