Cerita Kopi

Ngopi, Melukis, dan Melepas Penat di Kedai Baswara: Tempat Nongkrong Rasa Terapi di Pare Kediri

Penulis: Isya Anshori
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NGOPI SAMBIL MELUKIS - Kedai Baswara di Pare Kediri Jawa Timur, tempat nongkrong sambil melukis, Rabu (11/6/2025). Terletak di Jalan Glagah Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur, kafe ini menjadi pelarian artistik di tengah hiruk-pikuk Kampung Inggris.

TRIBUNMATARAMAN.COM | KEDIRI - Ketika Anda melangkah masuk ke Kedai Baswara, suasana hangat langsung menyambut dari setiap sudut ruangannya.

Aroma kopi yang baru diseduh berpadu dengan wangi khas cat air dan kertas lukis yang menguar pelan di udara. 

Tembok-temboknya bukan hanya sekadar pembatas ruang, tapi kanvas-kanvas penuh warna dari para pengunjung yang pernah menuangkan perasaan mereka di sana.

Kedai Baswara Pare bukan sekadar tempat ngopi biasa.

Terletak di Jalan Glagah Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kafe ini menjadi pelarian artistik di tengah hiruk-pikuk Kampung Inggris.

Di sini, setiap pengunjung bebas menumpahkan isi hati, ide, atau bahkan keresahan mereka dalam bentuk lukisan, tanpa harus membawa alat-alat sendiri.

Setiap meja kayu di kedai ini tampak sederhana, namun terselip kuas-kuas kecil dan cat air yang siap digunakan.

Ada kertas lukis berukuran A4 yang disediakan seharga Rp 7.000 sudah termasuk alat dan media lukis yang bisa dipakai sepuasnya.

Tak heran jika sebagian besar dinding kedai kini telah dipenuhi oleh lukisan-lukisan penuh cerita. Ada gambar pemandangan, hewan, tokoh imajinatif, hingga goresan kata-kata galau.

Sukma Maulana, pemuda 21 tahun yang menjadi pemilik sekaligus penggagas konsep unik ini, mengatakan bahwa semua berawal dari rasa putus asa. 

"Dulu ini cuma kafe biasa, hampir tutup. Aku mikir gimana caranya biar bisa bertahan. Lalu aku baca buku Purple Cow dari Seth Godin," kata Sukma saat ditemui, Rabu (11/6/2025).

Buku itu membuka matanya, dimana sebuah bisnis harus punya daya beda, harus menjadi sapi ungu di tengah padang rumput yang penuh sapi biasa. Tapi, menurut Sukma, itu belum cukup. 

"Ada tiga kunci biar ramai, yaitu kualitas, keunikan, dan perhatian publik. Kalau salah satu kurang, ya susah bertahan," jelasnya.

Kini Kedai Baswara sudah berumur dua tahun. Dari awalnya hanya dikelola tiga orang, kini sudah ada sepuluh karyawan yang melayani ratusan pengunjung setiap minggunya.

Pendapatan per hari bahkan bisa mencapai Rp 2 juta, dengan harga menu yang tetap terjangkau, mulai Rp 10.000 hingga Rp 20.000.

Halaman
12