Namun, ia tetap konsisten menyajikan kopi dari berbagai daerah terbaik di Indonesia, seperti Toraja, Lampung, Dampit, dan Aceh Gayo.
Konsistensi inilah yang menurutnya menjadi kunci keberhasilan kedainya bertahan di tengah persaingan.
Sejak awal, Kopi Demit tidak hanya menjadi tempat menikmati kopi, tetapi juga menjadi pusat belajar bagi pecinta kopi.
"Banyak yang datang ke sini untuk belajar, bahkan ada yang dari Surabaya. Mereka belajar dan magang di sini. Sekarang sudah membuka usaha kopi sendiri di Surabaya," katanya.
Setiap hari, kedai ini melayani tak kurang dari 40-50 pelanggan setia. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk merasakan suasana yang hangat dan autentik di kedai ini.
Di tengah ratusan kedai kopi di Pare, Pak Wid percaya bahwa ketlatenan dan cita rasa otentik adalah alasan utama pelanggannya terus kembali.
Ia percaya Kopi Demit tetap menjadi ikon di Pare, membuktikan bahwa inovasi dan cinta terhadap kopi bisa bertahan melawan waktu.
Kedai ini tidak hanya menjadi saksi perkembangan kopi modern di Pare, tetapi juga sebuah warisan yang terus hidup dalam setiap cangkir kopi yang disajikan.
"Kopi bukan hanya soal rasa, tapi juga pengalaman dan konsistensi," tutupnya.
(Isya Anshori/TribunMataraman.com)
editor: eben haezer