Selesai menyaksikan parade, warga Australia kemudian memanfaatkan hari libur itu untuk berkumpul bersama keluarga. Makan di restoran, mengunjungi tempat-tempat wisata. Malam harinya, bar-bar penuh pengunjung. Para veteran dan tentara banyak yang minum-minum hingga larut malam.
Karena itulah, Vivi tidak ingin melewatkan kesempatan emas untuk menerima pengunjung sebanyak-banyaknya di Tempayan Bay.
Nama Tempayan diambil dari nama tempat air atau gentong dari tanah liat yang biasa digunakan warga Sunda menyimpan air atau beras. Benar saja. Pemilik Tempayan Bay adalah Djajang Mawardi, pria paro baya asal Bandung, Jawa Barat.
“Saya sudah empat tahunan di sini (Perth). Sebelumnya pindah-pindah. Di sini paling ramai,” katanya, Kamis (25/04/2024).
Sebelumnya Djajang adalah chef atau koki hotel berbintang di Indonesia. Ia tentu saja jago memasak aneka menu Indonesia. Sejak tahun 2007, Djajang merantau ke Australia. Sampai akhirnya sukses mengelola Restoran Tempayan.
Kalau Anda berjalan-jalan ke Perth. Jangan lupa mampir. Lokasi Tempayan Bay di Jalan Terrace, depan Langlay Park di Perth bagian timur.
Nasi pecel, soto ayam, bakmi Jawa, nasi goreng hingga sate ada di sana. Tak ketinggalan cemilan khas Indonesia, seperti tempe mendoan, dadar jagung hingga kerupuk beras (lempeng). Harga menu makanannya berkisar antara 20 dolar Australia (sekitar Rp 210.000) hingga 37 dolar (sekitar 388.000).
“Mampir ya kalau ke sini lagi,” kata Djajang.
“Pasti setelah ini kami lebih terkenal,” candanya setelah tahu para pengunjung siang itu adalah rombongan jurnalis dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang memenuhi undangan Konsulat Jenderal Australia di Surabaya.
(tri mulyono/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer