TRIBUNMATARAMAN.COM | JEPANG - Para ahli dari Dewan Manajemen Bencana Pusat Pemerintah Jepang memperkirakan adanya potensi gempa megathrust di Palung Nankai yang dalam skenario terburuk, dapat menewaskan sekitar 300 ribu orang.
Dikutip dari The Sankei Shimbun, prediksi tersebut terungkap dalam pertemuan para pakar yang digelar pada 31 Maret 2025 lalu.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Profesor Emeritus Nobuo Fukuwa dari Universitas Nagoya.
Gempa Palung Nankai merujuk pada potensi gempa besar yang terjadi di sepanjang Palung Nankai, sebuah palung bawah laut di lepas pantai selatan Jepang yang secara historis memicu gempa bumi dahsyat.
Menurut perkiraan mereka, dalam skenario terburuk, jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai sekitar 298.000 orang.
Selain itu, sekitar 2,35 juta bangunan diproyeksikan akan hancur.
Perkiraan ini selanjutnya akan dimanfaatkan pemerintah Jepang untuk memperbarui rencana respons gempa yang sudah dibuat pada 2014 silam.
Dalam rencana respons gempa Palung Nankai pemerintah Jepang tahun 2014, jumlah korban jiwa diperkirakan sekitar 332.000, dengan 2,5 juta bangunan hancur.
Jumlah korban jiwa terburuk yang diperbarui mencakup sekitar 73.000 kematian akibat bangunan runtuh, 9.000 akibat kebakaran, dan 215.000 akibat tsunami, dengan asumsi tingkat evakuasi 20 persen.
Jika 70 % orang dievakuasi, jumlah korban jiwa akan turun menjadi sekitar 94.000.
Jumlah bangunan yang hancur total diperkirakan mencakup 1,28 juta akibat gempa, 188.000 akibat tsunami yang menyusul, dan 767.000 akibat kebakaran.
Kerugian ekonomi yang diperkirakan juga meningkat dari ¥214 triliun JPY (sekitar $1,43 triliun USD) menjadi maksimal ¥270 triliun ($1,81 triliun).
Meski prediksi ini terdengar menakutkan, namun, sebagai catatan positif, laporan tersebut menunjukkan bahwa langkah-langkah kesiapsiagaan bencana telah meningkat di Jepang.
Sebelumnya, pada 28 Maret 2025, gempa berkekuatan besar juga mengguncang wilayah Myanmar dan berdampak hingga Tahiland.
Gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 tersebut menyebabkan kerusakan hebat di sebagian besar wilayah Myanmar dan menewaskan lebih dari 2.700 orang.
(tribunmataraman.com)