Implementasi Kurikulum Merdeka

Peran Orang Tua dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, Seberapa Penting?

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

“Saya melihat anak-anak sangat antusias menyiapkan ekspo P5 untuk presentasi projek mereka. Mereka belajar gotong royong. Meskipun ada projek pribadi seperti menanam tanaman di rumah dan lainnya, tapi ekspo dalam P5 mengajarkan mereka cara kerja berkelompok,” lanjut Adhya mengatakan bahwa kerja berkelompok mengajarkan anak-anak untuk lebih menekan sifat individualistik mereka.

Keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka bukan tanpa tantangan sama sekali.

Adhya merasa dirinya pernah menghadapi tantangan membersamai anak dalam penerapan Kurikulum Merdeka, tapi tantangan tersebut dapat diatasi seiring dengan waktu. Ia mengungkapkan tantangan terbesar adalah memberikan pemahaman pada anak.

Contoh, ketika anaknya melaksanakan projek menanam tanaman di rumah saat Kelas 1, saat itu tanamannya kurang bisa tumbuh dengan baik sementara guru meminta laporan perkembangannya.

“Saat dia menanam, tanamannya tidak tumbuh dengan baik, tidak seperti teman-temannya. Gurunya minta membuat laporan untuk progres pertumbuhan. Anak saya merasa sulit menyampaikannya. Jadi saya berikan pemahaman bahwa ia harus menyampaikan progresnya secara jujur. Projek ini juga melatih kejujuran,” terang Adhya.

Adhya mengungkapkan bahwa dengan implementasi Kurikulum Merdeka peranan orang tua dalam proses pembelajaran anak menjadi lebih besar.

Sebab orang tua diharapkan lebih terlibat dan hal tersebut merupakan tanggung jawab dari orang tua. Ia merasa bahwa proses pembelajaran, termasuk pelaksanaan berbagai projek dimudahkan, karena adanya interaksi antara guru dan orang tua murid yang lain.

“Kami selalu berkomunikasi terkait perkembangan anak dan hal ini sangat membantu untuk melihat kendala pembelajaran apa saja yang dialami anak. Guru juga sangat aktif mensosialisasikan jika ada pengumuman,” terang Adhya.

Eltri Enggar, salah seorang orang tua murid dari KB Bintang Ceria di Kabupaten Malang, Jatim, yang juga menerapkan Kurikulum Merdeka mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka setiap orang tua harus siap terkejut dengan berbagai hal yang diminta dan diungkapkan anak. Sebab menurutnya butuh upaya tambahan ketika melakukan pendampingan pada anak saat pembelajaran.

“Banyak orang tua berpikir bahwa proses pembelajaran anak hanya merupakan tanggung jawab sekolah dan pendidikan anak diserahkan sepenuhnya ke sekolah. Padahal tujuan dari Kurikulum Merdeka hanya akan tercapai bila ada kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan anak itu sendiri,” terang Eltri.

Eltri menceritakan bagaimana perkembangan anaknya saat masuk TK dan menerima pembelajaran yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Ia merasa banyak hal mengejutkan yang terjadi terkait dengan perkembangan kreatifitas anaknya.

“Anak saya bukan tipikal yang terlalu aktif pada awalnya. Tapi saya melihat perkembangannya, ia mulai membuat boneka kertas sendiri dari potongan kertas dan kaus kaki. Saya sendiri tidak pernah mengajarkan cara membuat boneka kertas. Selain boneka, dia juga menyusun kasur, selimut, infus, alat kejut jantung. Bagi saya untuk anak seusia ini dengan pemikiran sejauh itu cukup luar biasa,” terangnya terkait praktik baik dari implementasi Kurikulum Merdeka yang dilihatnya dari anaknya.

Senada dengan Eltri, Hayu Hartanti, orang tua salah seorang murid dari SDIT Al Furqan Palangkaraya mengungkapkan terkait pola perkembangan anak yang mengejutkan karena Kurikulum Merdeka sudah mengikuti perkembangan zaman. Ia merasa bahwa Kemendikbudristek sudah menyediakan serangkaian panduan berdasarkan tahapan-tahapan kesiapan anak dalam mengikuti Kurikulum Merdeka.

“Tugas orang tua di rumah adalah memperbanyak komunikasi dengan anak. Peran orang tua sangat penting bagi anak, terutama saat anak kita kesulitan,” tegasnya.

Hayu juga merasa bahwa Kurikulum Merdeka sudah disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Menurutnya, apabila minat dan bakat anak sudah ditemukan sedari dini, orang tua dapat merefleksikan pembelajaran untuk mendukung masa depan anak. Orang tua, terang Hayu, turut bertugas untuk mendukung agar anak kita menjadi penerus generasi yang lebih hebat.

Halaman
123