TRIBUNMATARAMAN.COM - Di era kurikulum merdeka, sekolah diberi kebebasan untuk merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di tempat masing-masing. Karena itu, hampir setiap sekolah memiliki program-program yang unik, yang mungkin tidak ditemukan di sekolah lain, namun dapat diadopsi.
Demikian pula di SMA NU 1 Gresik yang memiliki program Komunitas Belajar SMANUSA JAWARA.
Forum diskusi SMANUSA JAWARA merupakan Forum kolaboratif untuk berbagi praktik baik, membantu sesama guru dalam mengintegrasikan metode pembelajaran inovatif yang sesuai dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, serta mendukung perkembangan profesional guru.
Munculnya komunitas belajar Smanusa Jawara, didorong oleh situasi sebelumnya di mana MGMP mata pelajaran kurang berperan aktif dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Pertemuan MGMP memang dilakukan setiap bulan oleh masing-masing guru mata pelajaran untuk membahas dan membagi tugas menyusun perangkat pembelajaran. Namun, monitoring dilakuakn sebatas lewat jurnal pertemuan dan keterlaksanaan penyusunan perangkat pembelajaran.
"Dampaknya positif setelah adanya komunitas belajar SMANUSA Jawara. Agenda pertemuan tidak hanya membahas penyusuna nperangakt pembelajaran. Selain itu, komunikasi antar guru mapel dan lintas mapel makin intens," kata Kepala SMA NU 1 Gresik, Drs. H. AGUS SYAMSUDIN, MA, kepada tim Salipan (Saling Liputan) Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jatim.
Dari semakin bervariasinya kegiatan dalam pertemuan komunitas belajar, kegiatan belajar di kelas pun lebih variatif dengan konten yang sesuai dengan karakteristik para siswa.
"Sebelum ada komunitas belajar Smanusa Jawara, perangkat Pembelajaran disusun sama untuk jenjang yang sama tanpa mempertimbangkan kondisi siswa yang kemungkinan berbeda. Metode dan model pembelajaran jadi kurang bervariasi," imbuhnya.
Disebutkannya pula, bahwa komunitas belajar ini bukan semata menjadi ruang diskusi para guru. Tetapi juga menjadi saluran para pimpinan sekolah untuk mentransmisikan pesan dan target sekolah.
"Sistem monitoring dan evaluasi kinerja komunitas belajar ini juga unik karena pengawasan dilakukan secara terbuka antara komunitas belajar serumpun melalui diskusi penyampaian hasil refleksi diri, evaluasi program, serta kendala yang dihadapi pada pelaksanaan program," tuturnya.
Meski demikian, program Smanusa Jawara bukannya tak diwarnai tantangan.
Beberapa tantangannya adalah masih ada guru yang belum dapat mengikuti pola pengembangan kualitas pembelajaran di kurikulum merdeka karena masih menggunakan pola kurikulum 2013.
"Tantangan lainnya adalah bagaimana program dapat dilaksanakan secara berkelanjutan," lanjutnya.
Dari komunitas belajar yang sudah berjalan ini, dipetik pelajaran bahwa kolaborasi sangat dibutuhkan untuk terbentuknya sistem yang tangguh dalam menghadapi kendala yang timbul.
"Yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita bisa meyakinkan guru dan siswa bahwa kurikulum mredeka bukanlah hal baru yang sulit untuk dilaksanakan," pungkasnya.
Penulis: Bagus Priambodo, Pengelola Website BBPMP Jatim
(tribunmataraman.com)