Entah bagaimana perkenalannya dengan Im di Singapura saat itu.
Namun di saat kontrak kerjanya habis dan St pulang, rupanya cintanya tidak berakhir.
Tahun 2019 lalu, Im menyusulnya karena tak mau berjauhan dengan wanita yang sudah memberikan buah hatinya. Sebab, St sudah tak kembali bekerja di Singapura lagi dan menetap di dusunnya.
"Kami nggak paham bagaimana ceritanya saat dia datang saat itu, kami tahunya sudah ada di rumahnya (St)," ungkapnya.
Ternyata, kedatangan Im itu bukan cuma buat melepas kangen namun ujung-ujungnya menetap di rumah St.
Di Blitar, tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan oleh Im, kecuali harus ke sawah.
Karena itulah, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setiap hari, ia harus rela dibakar sinar matahari dengan jadi buruh tani.
"Katanya, demikian. Mau gimana lagi wong hidup di desa," tuturnya.
Sekitar Februari 2023, Wm datang menyusul.
Tidak jelas apa pekerjaannya atau tujuannya datang, namun keberadaannya itu sepertinya kian jadi beban Im. Sebab, tiap hari tidak ada aktivitas yang bisa membantu meringankan beban kebutuhan Im, malah pasangan keluarga itu seperti kian keras membanting tulang.
Bahkan, mungkin saking kepepetnya akibat penghasilan Im cukup minim, St dikabarkan berniat akan kembali jadi TKW. Kabarya, anaknya yang hasil hubungan dengan Im sudah diasuhkan ke orangtuanya.
"Banyak cerita macam-macam tentang mereka itu," paparnya.
Puncaknya, keberadaan mereka tercium petugas Imigrasi dan alhirnya didatangi ke rumah istrinya. Begitu dicek dokumennya, ternyata tidak lengkap, di antaranya paspornya mati.
"Nggak lengkap sama sekali, termasuk tak punya dokumen ijin tinggal sehingga akan kami deportasikan. Namun untuk sementara, hari ini tadi kami tempatkan di kantor Imigrasi Blitar duly," tegas Junaidi, Kepala Bidang Intelegen Kemenhumkam Jawa Timur.
(imam taufiq/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer