Berita Terbaru Kabupaten Blitar

Imigrasi Amankan 2 WNA Pakistan di Blitar, Sudah Punya Anak dan Kerja Jadi Buruh Tani

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konferensi pers yang digelar Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Blitar, Senin (19/6/2023)

TRIBUNMATARAMAN.COM - Petugas Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Blitar mengamankan 2 WNA asal Pakistan yang tinggal secara tidak sah di Kabupaten Blitar. 

Bahkan WNA itu diketahui sudah menikah dengan perempuan Blitar dan tinggal di rumah istrinya. 

Sehari-hari, WNA itu bahkan ikut bekerja menjadi buruh tani. 

Baca juga: Identitas Sebenarnya Dosen Kampus Swasta di Tulungagung Terkuak Setelah 12 Tahun, Ternyawa WNA

Kejadian ini terjadi di Dusun Pangungpucung, Desa Kaligambir, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar.

Dua WNA asal Pakistan itu berinisial IM (29) dan WM (29).

Mereka diamankan dari rumah Ny St (25), seorang wanita yang tinggal di Dusun Panggungpucung, Senin (19/6/2023) siang.

Satu dari WNA itu, Im dikabarkan sudah menikah dengan St dan sudah dikarunia anak yang kini berusia 3 tahun.

Sedangkan WNA berinisial Wm, adalah teman Im dan masih lajang. 

"Tadi siang, petugas datang untuk menjemputnya dan prosesnya tidak rumit. Mereka menurut saat dibawa petugas," kata Abdul Muanaf, Kades Kaligambir, Senin (19/6/2023).

Dia tidak tahu pasti kapan mereka datang.

Namun seingatnya yang datang pertama kali itu adalah Im.

Itu karena IM saat itu ada hubungan khusus dengan St, yang mantan TKW (tenaga kerja wanita) di Singapura.

Informasinya, St lumayan lama jadi pembantu rumah tangga di Singapura, bahkan sampai teken kontrak dua kali dengan perusahaan yang memberangkatkannya.

Diperkirakan enam tahun, dia jadi TKW di Singapura.

"Iya, lumayan lama kok," ujarnya.

Entah bagaimana perkenalannya dengan Im di Singapura saat itu.

Namun di saat kontrak kerjanya habis dan St pulang, rupanya cintanya tidak berakhir.

Tahun 2019 lalu, Im menyusulnya karena tak mau berjauhan dengan wanita yang sudah memberikan buah hatinya. Sebab, St sudah tak kembali bekerja di Singapura lagi dan menetap di dusunnya.

"Kami nggak paham bagaimana ceritanya saat dia datang saat itu, kami tahunya sudah ada di rumahnya (St)," ungkapnya.

Ternyata, kedatangan Im itu bukan cuma buat melepas kangen namun ujung-ujungnya menetap di rumah St.

Di Blitar, tak ada pekerjaan  yang bisa dilakukan oleh Im, kecuali harus ke sawah.

Karena itulah, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setiap hari, ia harus rela dibakar sinar matahari dengan jadi buruh tani.

"Katanya, demikian. Mau gimana lagi wong hidup di desa," tuturnya.

Sekitar Februari 2023, Wm datang menyusul.

Tidak jelas apa pekerjaannya atau tujuannya datang, namun keberadaannya itu sepertinya kian jadi beban Im. Sebab, tiap hari tidak ada aktivitas yang bisa membantu meringankan beban kebutuhan Im, malah pasangan keluarga itu seperti kian keras membanting tulang.

Bahkan, mungkin saking kepepetnya akibat penghasilan Im cukup minim, St dikabarkan berniat akan kembali jadi TKW. Kabarya, anaknya yang hasil hubungan dengan Im sudah diasuhkan ke orangtuanya.

"Banyak cerita macam-macam tentang mereka itu," paparnya.

Puncaknya, keberadaan mereka tercium petugas Imigrasi dan alhirnya didatangi ke rumah istrinya. Begitu dicek dokumennya, ternyata tidak lengkap, di antaranya paspornya mati.

"Nggak lengkap sama sekali, termasuk tak punya dokumen ijin tinggal sehingga akan kami deportasikan. Namun untuk sementara, hari ini tadi kami tempatkan di kantor Imigrasi Blitar duly," tegas Junaidi, Kepala Bidang Intelegen Kemenhumkam Jawa Timur.

(imam taufiq/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer