Banjir Tulungagung

DLH Tulungagung Sudah Sumbang 100.000 Pohon Untuk Hutan Tulungagung Selatan, Tak Satu Pun Yang Hidup

Penulis: David Yohanes
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tanaman jagung yang baru tumbuh di pegunungan selatan Kabupaten Tulungagung.

Terutama material tanah dan bebatuan kecil dari pegunungan yang gundul tadi.

"Begitu hujan turun, tanah yang sudah digemburkan tadi habislah terbawa air. Masyarakat yang di bawah menerima kiriman banjir dan lumpur," ungkap Santoso.

Diakui Santoso, para petani hutan ini maunya hasil yang instan.

Jagung menjadi pilihan karena bisa dipanen dalam waktu tiga bulan saja.

Mereka tidak memperhatikan dampak lingkungan dari pola pertanian yang menggunduli hutan ini.

Padahal pihaknya menawarkan tanaman produktif seperti buah-buahan, kopi dan mahoni.

Di saat tanaman ini produksi bisa memberikan hasil yang tak kalah dengan jagung.

NamunĀ  memang butuh waktu sekurangnya 4-5 tahun untuk menunggu tanaman ini menghasilkan buah.

"Kalau mau instannya ya begini ini, kena cuaca ekstrem, hujan lebat terjadi bencana," tegasnya.

Hal sebaliknya terjadi di wilayah Tulungagung barat, khususnya Kecamatan Sendang dan Pagerwojo.

Sekurangnya ada 90.000 pohon yang sudah disumbangkan oleh DLH, dan hampir semuanya hidup.

Tak heran kawasan barat ini melimpah dengan air, dan hawanya sejuk.

Sementara di kawasan selatan seringĀ  mengalami kekurangan air bersih setiap kali musim kemarau.

Karena itu menurut Santoso, untuk memulihkan hutan di Tulungagung selatan harus melibatkan petani hutan.

Bukan sekedar melibatkan, namun juga harus membangkitkan kesadaran mereka.

Halaman
123