Laporan Wartawan Tribun Mataraman Network Muhammad Romadoni
TRIBUNMATARAMAN.com | MOJOKERTO - Jumlah kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Kabupaten Mojokerto semakin meningkat.
Berdasarkan data dari Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, pada Sabtu (14/5/2022),
penyakit PMK telah menjangkiti 1.098 ekor sapi dari total populasi kumulatif 19.654 ekor sapi di desa-desa yang tersebar di 18 Kecamatan Kabupaten Mojokerto.
Ternak sapi tertular wabah PMK Meningkat sebanyak 22 ekor padahal sebelumnya, Jumat (13/5), ada 1.076 ternak sapi yang terpapar dengan populasi 19.542 ekor sapi.
Sedangkan, angka kematian ternak sapi akibat terpapar penyakit PMK dari 14 ekor kini menjadi 18 ekor mati. Dan masing-masing lima ekor dijual serta dipotong paksa.
"Angka kesembuhan ternak sapi yang sembuh dari penyakit PMK meningkat yang sebelumnya dari 88 ekor kini menjadi 178 ekor," ucap Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Drh. Agoes Hardjito kepada Surya.co.id, Sabtu (14/5).
Baca juga: Total 700 Sapi dari Kupang Ditolak Masuk Pelabuhan Tanjung Perak sebagai Antisipasi PMK di Surabaya
Agoes menjelaskan jumlah kasus penyakit PMK meningkat lantaran wabah yang menular melalui udara ini begitu cepat menjangkiti ternak sapi. Disamping itu, data ternak sapi yang terpapar penyakit PMK juga semakin akurat.
Baca juga: Cegah Penularan PMK Makin Meluas, Petugas Cegat Truk Pembawa Sapi yang Masuk Jalur Tikus di Suramadu
Sesuai data saat ini ada 19.654 populasi kumulatif di desa-desa yang merupakan wilayah terjangkit wabah penyakit PMK. Sedangkan, jumlah populasi sapi potong se-Kabupaten kurang lebih 51.900 ekor.
"Semakin meningkat memang betul karena sekarang ini data dari penulusuran kita semakin akurat, kita setiap hari juga keliling untuk memberikan pengobatan sekaligus penelusuran ternak sapi yang terjangkit penyakit PMK," ungkapnya.
Dia mengatakan adapun beberapa faktor penyebab wabah penyakit PMK semakin meningkat yakni penularan virus begitu cepat karena menular melalui udara.
Faktor mekanik yaitu manusia baik itu penjual sapi (Blantik) maupun peternak dari cara memberi makan maupun minum ke ternak yang terjangkit sehingga berpotensi menular ke sapi yang kondisinya sehat.
Kemudian, kebanyakan warga memiliki satu kandang sapi sehingga saat ternak terpapar penyakit PMK sangat rentan terpapar virus.
"Tingkat keterpaparan penyakit PMK rate sekitar 1 banding 15, jika satu ternak sapi sakit maka 15 ekor sapi berpotensi terpapar penyakit PMK dalam waktu singkat," ucap Agoes.
Masih kata Agoes, tingkat kesembuhan ternak sapi yang juga semakin meningkat lantaran pengobatan terhadap ternak sapi dilakukan secara masif.
Tanda-tanda gejala klinis kesembuhan sapi dapat dilihat ternak tidak lagi mengeluarkan air liur (Hipervalisasi), nafsu makan kembali normal, luka di bagian mulut dan kaki sudah sembuh.