TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Para pengusaha kuliner di Tulungagung kesulitan mendapat pasokan ikan gurami.
Kondisi ini disebabkan kelangkaan di tingkat pembudidaya sejak beberapa bulan lalu.
Jika pun ada stok gurame, harganya sudah sangat mahal.
"Gurami adalah ikan favorit. Tidak bisa digantikan ikan lain," ucap Nur Wakhidun, pemilik rumah makan AG One Tulungagung.
Dalam kondisi normal, gurami kering atau kondisi mati dijual Rp 34.000-Rp 35.000 per kilogram.
Sementara gurami basah atau kondisi hidup dijual Rp 39.000-Rp 40.000 per kilogram.
Jika harga sedang anjlok, bahkan bisa hanya Rp 27.000 per kilogram.
Namun saat ini harganya tembus Rp 40.000-Rp 50.000 per kilogram.
Kondisi ini memberatkan para pengusaha kuliner seperti Wakhidun.
"Harganya bahkan lebih mahal dibanding ikan laut. Tapi gurami tidak tergantikan," ucap Wakhidun.
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Tulungagung ini menambahkan, saat ini stok gurami memang sulit didapat dari pembudidaya.
Kondisi ini disebabkan harga gurami yang anjlok selama masa pandemi Covid-19.
Para pembudidaya banyak yang beralih memelihara ikan hias, seperti koi dan koki.
"Saya bisa dapat dari teman yang punya kolam. Itu pun harus memilah karena jumlah yang besar sangat sedikit," ungkap Wakhidun.
Kelangkaan gurami cukup menyusahkan pelaku usaha kuliner.