Berita Tulungagung

Dishub Tulungagung Sebut Early Warning System Tak Cukup Untuk Cegah Kecelakaan di Perlintasan KA

Penulis: David Yohanes
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perlintasan kereta api di belakang Kampus UIN Satu Tulungagung, salah satu perlintasan sebidang paling ramai yang hanya dijaga relawan.

Dengan demikian mereka bisa berjaga 24 jam dan mengatur waktu liburnya.

Dishub akan mengusulkan para petugas ini, untuk dilatih di Dirjen Perkeretaapian Kemenhub hingga bersertifikat.

Sementara untuk gaji mereka akan menjadi tanggungan Dishub Tulungagung.

"Yang pasti kemungkinan tenaga kontrak, namun tidak bisa UMR. Karena ini satu pekerjaan yang dikerjakan oleh tiga orang," ungkap Galih.

Nantinya EWS yang ada akan disinkronisasi dengan palang pintu perlintasan.

Dua palang perlintasan ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,5 miliar.

Anggaran ini terdiri dari konstruksi, peralatan hingga instrumen yang terhubung dengan Stasiun Tulungagung.

Karena mahalnya biaya pembangunannya, Pemkab Tulungagung akan mengalokasikan secara bertahap. 

Kecelakaan maut antara Bus Harapan Jaya dengan Kereta Api Rapih Dhoho di perlintasan sebidang Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru menewaskan 6 orang. 


Empat orang meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara dua lainnya meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD dr Iskak Tulungagung. 


Kejadian ini menjadi perhatian secara nasional, hingga Mabes Polri pun menerjunkan tim Korlantas ke TKP.


Selain itu para pihak terkait, termasuk Dirjen Perkeretaapian Kemenhub menggelar FGD di Kabupaten Tulungagung, untuk membahas kejadian ini.  (David Yohanes)