TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tulungagung akan menerima hibah 18 early warning system (EWS) dari Dishub Provinsi Jawa Timur.
Meski demikian Dishub Tulungagung secara bertahap tetap akan memasang palang pintu perlintasan.
Salah satu penyebabnya, tingkat kedisiplinan masyarakat masih rendah.
"Jangankan EWS, palang pintu kereta yang sudah tertutup saja diterobos," ujar Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tulungagung, Galih Nusantoro.
Galih menambahkan, sebenarnya keberadaan EWS itu sangat membantu mengamankan perjalanan kereta api.
Permasalahan secara teknis, 18 EWS di 18 perlintasan sebidang tidak ada satu pun yang berfungsi sempurna.
Karena itu Galih akan menerima hibah dari Dishub Provinsi, dengan syarat semua EWS berfungsi dengan baik.
"Asal berfungsi dengan baik, nanti kami terima dan akan kami rawat supaya selalu berfungsi," tegasnya.
Meski demikian, Dishub tetap akan membangun palang pintu perlintasan.
Pembangunan ini sesuai rekomendasi Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, pascakecelakaan Bus Harapan Jaya dengan Kereta Api Rapih Dhoho di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru Minggu (278/2/2022) lalu.
Sebab selama masyarakat tidak disiplin berlalu lintas, maka kemungkinan temperan dengan kereta api akan selalu terbuka.
"Jadi memang tergantung kultur masyarakat kita. Kalau masyarakat kita sudah disiplin, EWS saja sudah memadai," ucap Galih.
Untuk tahap pertama, palang pintu dipasang di lokasi perlintasan sebidang Desa Ketanon dan di belakang Kampus UIN Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru.
Diakui Galih, pengadaan tenaga penjaga perlintasan akan menjadi beban Dishub.
Nantinya setiap dua perlintasan akan dijaga oleh 7 orang.
Dengan demikian mereka bisa berjaga 24 jam dan mengatur waktu liburnya.
Dishub akan mengusulkan para petugas ini, untuk dilatih di Dirjen Perkeretaapian Kemenhub hingga bersertifikat.
Sementara untuk gaji mereka akan menjadi tanggungan Dishub Tulungagung.
"Yang pasti kemungkinan tenaga kontrak, namun tidak bisa UMR. Karena ini satu pekerjaan yang dikerjakan oleh tiga orang," ungkap Galih.
Nantinya EWS yang ada akan disinkronisasi dengan palang pintu perlintasan.
Dua palang perlintasan ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,5 miliar.
Anggaran ini terdiri dari konstruksi, peralatan hingga instrumen yang terhubung dengan Stasiun Tulungagung.
Karena mahalnya biaya pembangunannya, Pemkab Tulungagung akan mengalokasikan secara bertahap.
Kecelakaan maut antara Bus Harapan Jaya dengan Kereta Api Rapih Dhoho di perlintasan sebidang Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru menewaskan 6 orang.
Empat orang meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara dua lainnya meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD dr Iskak Tulungagung.
Kejadian ini menjadi perhatian secara nasional, hingga Mabes Polri pun menerjunkan tim Korlantas ke TKP.
Selain itu para pihak terkait, termasuk Dirjen Perkeretaapian Kemenhub menggelar FGD di Kabupaten Tulungagung, untuk membahas kejadian ini. (David Yohanes)