Perang Beras Oplosan di Trenggalek

Isu Beras Oplosan Tak Untungkan Pedagang Kecil di Trenggalek

Kebijakan pemerintah memerangi beras oplosan tak berdampak signifikan pada permintaan beras premium di Trenggalek

Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/Sofyan Arif Candra
PEDAGANG BERAS - Pedagang beras di Pasar Basah Trenggalek, Rini menunjukkan beras medium kemasan 10 kilogram yang dijual dengan harga Rp 125.000. Isu beras oplosan pada merek beras premium tak berdampak pada penjualan beras medium. 

Rini yang mempunyai hasil panen sendiri pernah mencoba untuk menggiling padi sendiri dan menjualnya namun dari hitung-hitunganya ia justru merugi.

"Kalau dijual Rp 12.500 perkilogram kita rugi, banyak biaya lain seperti kuli lalu biaya selepnya. Kita jual Rp 13 ribu perkilogram itu hanya untung sekitar Rp 200," jelasnya.

Baca juga: Dampak Perang Beras Oplosan, Penjualan Beras Premium di Pare Kediri Turun 40 Persen

Karena itu ia memutuskan untuk langsung membeli dari penggilingan sedangkan hasil panennya ia jual dalam kondisi basah atau GKP.

Dalam polemik beras oplosan dan gerakan pangan murah yang justru merugikan pedagang kecil, Rini berharap pemerintah atau Bulog bisa menjual SPHP melalui pedagang kecil.

"Walaupun kecil, semuanya dapat untung dan jualan kita menjadi ramai," pungkasnya.

 

(Sofyan Arif Candra/TribunMataraman.com)

Editor : Sri Wahyunik

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved