UMKM Kabupaten Blitar

Kisah Sukses Mulyadi Menjadi Perajin Layang-layang di Blitar Dengan Omzet Rp 5 Juta Per Hari

Berawal dari hobi, Mulyadi (29), warga Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, sukses menjadi perajin layang-layang.  Ini kisahnya

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
PERAJIN LAYANG-LAYANG: Mulyadi menunjukkan layang-layang produksinya di rumahnya, Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Kamis (31/7/2025). Mulyadi kebanjiran pesanan layang-layang di musim kemarau ini.  

Sedang layang-layang untuk lomba dijual dengan harga di atas Rp 1 juta. 

Layang-layang untuk lomba pembuatannya lebih rumit. Biasanya, layang-layang untuk lomba sampulnya bermotif. 

Ia harus menggabungkan bermacam warna plastik untuk membentuk motif pada sampul layang-layang. 

Pengerjaan layang-layang untuk lomba paling cepat butuh waktu dua minggu. 

"Motif layang-layang untuk lomba ini murni dari penggabungan warna plastik, tidak menggunakan cat. Pengerjaannya lama, makanya harganya lebih mahal," katanya. 

Mulyadi pernah menjual layang-layang untuk lomba ukuran lebar 2,5 meter dan tinggi 2,3 meter dengan harga Rp 4 juta. 

Itu harga layang-layang paling tinggi yang pernah dijual Mulyadi. Pembelinya penghobi layang-layang dari Lampung.

"Satu layang-layang untuk lomba pernah laku Rp 4 juta. Itu harga paling tinggi yang pernah saya jual," ujarnya. 

Mulyadi mengatakan, selama musim kemarau bisa memproduksi dan menjual layang-layang hingga 1.000 biji. 

Tiap hari, ia bisa mendapatkan omzet Rp 4 juta sampai Rp 5 juta dari menjual layang-layang. 

"Selama musim layang-layang, penjualan saya bisa tembus 1.000 biji. Kalau omzet rata-rata bisa Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per hari," katanya.

Menurut Mulyadi, ketersediaan bahan baku terutama bambu menjadi kendala di usaha kerajinan layang-layang. 

Bahan baku utama membuat layang-layang, yaitu, bambu, plastik, dan benang.

Bambu yang digunakan untuk membuat layang-layang harus bambu petung yang pilihan. 

Saat ini, ketersediaan bambu petung di masyarakat sudah sangat minim. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved