Pendidikan

Implementasi OBE dan Desain Inklusif: Peran Pendidikan Tinggi Mewujudkan SDGs

Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) dapat diaplikasikan untuk membentuk lulusan yang tak cuma unggul akademik, tapi juga sensitif sosial

Editor: eben haezer
ist
KOLABORATIF - Kolaborasi dosen dan mahasiswa Di Program Studi Arsitektur Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPN Veteran Jatim) dalam kegiatan di SLB YPAC Surabaya 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Pendidikan tinggi bertanggung jawab untuk membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial dan kontribusi nyata bagi masyarakat. 

Salah satu pendekatan yang menegaskan arah ini adalah kurikulum Outcome-Based Education (OBE).

Kurikulum OBE menekankan capaian pembelajaran berbasis kompetensi dan dampak.

Di Program Studi Arsitektur Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPN Veteran Jatim), pendekatan ini diterapkan melalui integrasi mata kuliah Arsitektur Inklusif ke dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

Pendekatan ini sudah diimplementasikan dalam kegiatan kolaboratif antara dosen dan mahasiswa di SLB YPAC Surabaya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi dapat menjadi motor perubahan sosial melalui desain yang inklusif dan berkeadilan.

Desain inklusif bukan sekadar gaya, melainkan prinsip dasar dalam menciptakan ruang yang dapat diakses, digunakan, dan dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.

Dengan melibatkan langsung siswa, guru, dan pengelola SLB, mahasiswa merancang berbagai solusi ruang yang mempertimbangkan aksesibilitas, kenyamanan, dan keselamatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada tugas akademik semata, tetapi menjadi bagian dari riset terapan dan pengabdian masyarakat yang selaras dengan prinsip Tridharma.  Mahasiswa belajar untuk mendengar, memahami, dan merespons kebutuhan nyata melalui pendekatan arsitektural yang bertanggung jawab.

Kegiatan ini juga mendukung secara langsung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas, dengan menciptakan ruang belajar inklusif); SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan, dengan membuka akses setara bagi kelompok rentan); SDG 11 (Kota dan Permukiman Inklusif dan Berkelanjutan, melalui perencanaan berbasis kebutuhan universal).

Pengalaman ini mengajarkan mahasiswa bahwa menjadi arsitek bukan hanya soal menggambar bangunan, tetapi membangun kepedulian dan solusi atas persoalan sosial. Sementara bagi dosen, mereka diingatkan untuk tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membimbing mahasiswa menjadi agen perubahan.

Kurikulum OBE, bila diimplementasikan secara kontekstual dan terintegrasi, mampu mendorong lahirnya lulusan yang tidak hanya memenuhi indikator akademik, tetapi juga berdampak langsung bagi masyarakat.

Pendidikan tinggi perlu terus menjadikan SDGs sebagai kerangka berpikir dan bertindak, agar ilmu pengetahuan benar-benar menyatu dengan misi kemanusiaan.

Karena sejatinya, perguruan tinggi bukan hanya ruang belajar, tetapi ruang penciptaan masa depan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

 

Penulis: Dian Kartika Santoso & Rizka Tiara Maharani, Dosen Arsitektur UPN "Veteran" Jawa Timur

Editor: eben haezer

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved