UMKM Tulungagung

Bermula Dari Coba-coba, Keripik Nadasuka Terjual Hingga ke Hongkong 

Keripik Nadasuka dari Tulungagung berhasil menembus pasar mancanegara, salah satunya Hongkong. Ini kisahnya dari nol.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
KERIPIK NADASUKA - Sukamdi  memegang keripik sukun dan istrinya, Sunarti memegang keripik ubi ungu produk mereka yang diberi merek Nadasuka, saat ditemui Rabu (26/3/2025) di Dusun Kendit, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Produk keripik ubi ungu dan stik sukun terjual hingga ke Hongkong. 

Awalnya mereka menggunakan merek Keripik Pisang Gunung Budheg.

Nama Gunung Budheg dipilih karena rumah mereka tepat ada di utara gunung ini. 

Namun saat menawarkan produknya ke toko besar, pihak toko tidak langsung menerima. 

"Mereka mau menerima, tapi produk kami harus punya izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Dari situ kami masuk ke komunitas UMKM," jelas Sunarti. 

Dalam komunitas UMKM itulah mereka dibimbing untuk mendapatkan perizinan, cara branding produk, sampai membuat desain kemasan. 

Lewat komunitas ini pula Sukamdi dan Sunarti mempunyai akses ke Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Pariwisata yang membantu pemasaran. 

Selain itu ada peran Dinas Kesehatan yang membantu proses perizinan produk makanan dan minuman. 

Sukamdi bergabung dalam rombongan Disperindag ikut studi tiru ke sejumlah daerah, seperti Kulonprogo Yogyakarta. 

Selain itu Sukamdi juga diajak untuk misi dagang ke berbagai daerah, seperti ke Samarinda, Kalimantan Timur. 

Sementara Sunarti ikut dalam tim Dinas Pariwisata ikut ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk memasarkan produk, saat Pemkab Tulungagung pentas di sana.

"Saya juga diajak studi tiru sampai di Bali. Pokoknya dalam komunitas itu kami dibimbing terus," ucapnya. 

Puncaknya di tahun 2018 Sukamdi dan Sunarti akhirnya bisa mendapatkan PIRT untuk produk keripik pisang. 

Sejak saat itu mereka lebih leluasa untuk berjualan dan menembus berbagai toko dan sentra jajanan. 

Suami istri ini juga melebarkan usahanya dengan produk kedua berupa keripik pare. 

Sejak saat itu keduanya terus mencoba berbagai sayuran, buah dan umbi-umbian untuk dijadikan keripik. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved