Nganjuk

Profil Kabupaten Nganjuk dan Alasan di Balik Julukan Kota Angin

Kabupaten Nganjuk adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Inilah alasan kabupaten ini dijuluki Kota Angin

Editor: eben haezer
TribunMataraman.com/Ahmad Amru Muiz
Dua cerobong pembuangan asap PG Lestari di Patianrowo Nganjuk 

TRIBUNMATARAMAN.COM | NGANJUK - Kabupaten Nganjuk adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Kabupaten Nganjuk juga dijuluki sebagai Kota Angin, karena Kabupaten ini berada di bawah kaki Gunung Wilis dan Gunung Arjuno yang membuat Kabupaten Nganjuk memiliki hembusan angin yang cukup kencang.

Kabupaten Nganjuk memiliki total luas wilayah sebesar 122.433 km2 atau setara dengan 122.433 Ha yang terdiri dari 43.052 Ha Tanah Sawah; 32.373 Ha Tanah Kering ; dan 47.007 Ha Perhutanan.

Kabupaten Nganjuk memiliki populasi jiwa sebesar 1.139.617 Juta Jiwa (BPS 2023).

Geografi

Kabupaten Nganjuk berbatasan dengan beebrap akabupaten. 

Di utara, Nganjuk berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro

Di Selatan, Nganjuk berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo

Lalu di Timur, Nganjuk berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri

Dan di Barat, Nganjuk berbatasan dengan  Kabupaten Madiun

Daftar Kecamatan di Kabupaten Nganjuk:

1.     Bagor (2 Kelurahan 19 Desa)

2.     Baron (11 Desa)

3.     Berbek (19 Desa)

4.     Gondang (17 Desa)

5.     Jatikalen (11 Desa)

6.     Kertosono (13 Desa)

7.     Lengkong (16 Desa)

8.     Loceret (22 Desa)

9.     Nganjuk (13 Kelurahan 2 Desa)

10.  Ngetos (9 Desa)

11.  Ngluyu (6 Desa)

12.  Ngronggot (13 Desa)

13.  Pace (18 Desa)

14.  Patianrowo (11 Desa)

15.  Prambon (14 Desa)

16.  Rejoso (24 Desa)

17.  Sawahan (9 Desa)

18.  Sukomoro (2 Kelurahan 10 Desa)

19.  Tanjunganom (2 Kelurahan 14 Desa)

20.  Wilangan (6 Desa)

Topografi

Secara topografi, Kabupaten Nganjuk terletak di dataran rendah dengan wilayah pegunungan. Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman.

Baik tanaman pangan maupun tanaman Perkebunan yang sangat menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah ini dalam bidang pertanian.

Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya Sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan Sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.

Kabupaten Nganjuk identik dengan keberadaan Gunung Wilis sebab 2 puncak tertinggi pegunungan Wilis berada di Nganjuk, tepatnya Puncak Liman di Desa Ngliman,, Sawahan dan Puncak Limas di Desa Bajulan, Loceret. Terdapat 3 Kecamatan yang berada di lereng Gunung Wilis, yakni Loceret, Ngetos dan Sawahan.

Etimologi

Sejarah Kabupaten Nganjuk berawal dari Kabupaten Berbek yang dipimpin oleh Raden Tumenggung Sosrokoesoemo. 

Namun, kapan Berbek mulai berstatus sebagai kabupaten belum dapat dipastikan.

Pada masa pemerintahan KRT Sosrokoesoemo I, didirikan Masjid Yoni Al Mubaarok yang memiliki sengkalan berangka tahun 1759 AJ.

Pada tahun 1811, Sultan HB II memecah Kabupaten Berbek menjadi dua: Berbek dan Godean.

Setelah KRT Sosrokoesoemo I wafat, Kabupaten Berbek dipimpin oleh beberapa bupati, termasuk KRT Sosrodirdjo dan Raden Tumenggung Ario Koesoemoadinoto.

 Di masa pemerintahan KRT Sosrokoesoemo II, Kabupaten Godean digabung kembali dengan Berbek, menjadikannya wilayah yang terdiri dari delapan distrik.

Perubahan besar terjadi pada tahun 1880 ketika pusat pemerintahan dipindahkan dari Berbek ke Nganjuk.

Pada tahun 1928, berdasarkan keputusan pemerintah, Kabupaten Berbek secara resmi berubah nama menjadi Kabupaten Nganjuk. Bupati Sosro Hadikusumo memimpin saat perubahan ini terjadi, dan berbagai bupati telah memimpin Nganjuk hingga saat ini.

Kabupaten Nganjuk kini terdiri dari beberapa wilayah yang sebelumnya termasuk dalam Kabupaten Berbek, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Kertosono, dengan Nganjuk menjadi ibu kota.

Asal Usul Nama Nganjuk 

Ketika Kerajaan Medang di Jawa Tengah mengalami kemunduran akibat perang antara Wangsa Sriwijaya dan Sanjaya serta letusan Gunung Merapi, Raja Wawa memutuskan untuk memindahkan ibu kota.

Keturunan Wangsa Sanjaya, yang dikejar oleh sekutu Sriwijaya, melarikan diri di bawah pimpinan Rakai i Hino Pu Sindok menuju wilayah antara Gunung Lawu dan Wilis.

Di sana, mereka menemukan daerah bernama Kakatikan Sri Jayamerta yang dipimpin oleh Samgat Pu Anjuk Ladang.

Pu Sindok dan pasukannya mendapat perlindungan dari Pu Anjuk Ladang dan masyarakat setempat.

Setelah delapan tahun memerintah dan mendirikan wangsa baru di tepian Sungai Brantas, Pu Sindok menganugerahkan status "Sima Swatantra" kepada Pu Anjuk Ladang dan rakyat Sri Jayamerta.

Status ini memberikan otonomi khusus dalam pengaturan pajak daerah.

Sebagai penghormatan, Pu Sindok memberikan prasasti Jayastamba, sebuah tugu kemenangan berbentuk senjata Dewa Wisnu, serta mendirikan candi Kabaktyan Sang Hyang Prasada Sri Jayamerta.

Prasasti ini bertanggal 10 April 937 Masehi, dengan upacara khusus yang disebut "manusuk sima" menandai pemberian tanah otonom. Seiring waktu, nama Sri Jayamerta berubah menjadi wilayah Sima Pu Anjuk Ladang.

Pariwisata di Kabupaten Nganjuk:

1.     Air Terjun Singokromo

2.     Waduk Perning

3.     Bukit Salju Ngetos

4.     Watu Lawang

5.     Candi Ngetos

6.     Setum Loceret

7.     Agrowisata Perkebunan Mawar

8.     Wana Wisata Grojogan Duwur

9.     Pemandian Air Panas Banyu Biru

10.  Bukit Watu Songgong

11.  Museum Anjuk Ladang

Kuliner Khas Nganjuk

1.     Nasi Becek

2.     Sego Banting

3.     Onde-Onde Ketawa

4.     Nasi Jagung

5.     Dumbleg

6.     Nasi Tumpang

7.     Asem-Asem Kambing

8.     Kerupuk Upil

9.     Sate Kenul

10.  Gethuk Pisang

(adzra bilah syazwina/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved