Berita Viral

Viral Kisah Kesederhanaan Ketua Rais Am PBNU Ngopi di Warung Ponpes Sidogiri Pasuruan Tanpa Pengawal

Cerita viral seorang Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar Ngopi Seperti Warga Biasa di depan pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur.

Penulis: Farid Mukarom | Editor: faridmukarrom
Kolase
Cerita viral seorang Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar Ngopi Seperti Warga Biasa di depan pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | PASURUAN - Viral warung kopi di dekat Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan tak mengetahui didatangi Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar, minum kopi layaknya warga biasa.

Seorang pemilik warung kopi di Sidogiri nampaknya mulai menyesal karena tak menyadari kedatangan tokoh besar NU KH Miftachul Akhyar yang menduduki sebagai Ketua Ra'is Am.

Sosok Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar merupakan tokoh yang sangat dihormati.

Sebagai seseorang yang punya nama besar terlebih sebagai salah satu pimpinan organisasi terbesar se Indonesia, KH Miftachul Akhyar tetap menunjukkan sebuah kesederhanaan.

Cerita diawali dari postingan facebook @nanal ainal fairuz yang viral di media sosial.

Cerita viral seorang Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar Ngopi Seperti Warga Biasa di depan pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Tangkapan Layar Viral
Cerita viral seorang Ketua Ra'is Am PBNU KH Miftachul Akhyar Ngopi Seperti Warga Biasa di depan pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Tangkapan Layar Viral (Ist)

Postingan itu menujukkan sebuah foto dengan caption menceritakan kesederhanaan seorang KH Miftachul Akhyar.

Awalnya akun itu menceritakan bahwa KH Miftachul Akhyar sedang mengantarkan cucunya untuk pergi ke pondok pesantren Sidogiri Pasuruan.

Meskipun menjadi seorang Ketua Ra'is Am PBNU, KH. Miftachul Akhyar menolak untuk mengantarkan cucunya dengan pengawalan baik kepolisian maupun sopir.

Cukup mengagetkan, hal ini bagi seseorang yang menduduki sebagai Ra'is Am PBNU tidak sulit untuk memerintahkan jajaran kepolisian membantu mengawal perjalanan dari kediamannya ke pondok pesantren.

Akan tetapi KH. Miftachul Akhyar menolak hal itu dan lebih memilih mengantarkan sendiri cucunya tanpa sopir.

"Di Sidogiri, beliau tidak langsung njujuk ndalem, apalagi didahului ajudan yg telpan-telpon untuk minta disediakan ini dan itu." tulis akun facebok @Nanail fairuz

Kesederhanaan KH. Miftachul Akhyar terus berlanjut, dimana beliau memilih membaur dengan santri lainnya.

"Beliau duduk di salah satu warung yg menjamur di sekitar pondok. Membaur bersama para wali santri lain. Memesan kopi dan ngudud (merokok, red) layaknya warga biasa."

"Beliau bukan warga biasa. Beliau adalah Rais Aam jam'iyah yg kekeramatannya sudah teruji seabad lebih" tulis akun itu

Sementara itu saat ditanya mengapa KH. Miftachul Akhyar memilih melakukan hal itu secara mandiri

"Saya itu lihat rata2 Rois Aam punya keistimewaan sendiri. Ada yg muhaddits, alim fiqih, ada yg sufi. Keistimewaan saya mungkin ya ini bisa nyupir!" tulis akun facebook itu.

Profil KH Miftachul Akhyar 

KH Miftachul Akhyar sebelumnya terpilih sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.

Melansir laman resmi PBNU, Kiai Miftachul lahir pada 1953 dan merupakan putra dari KH Abdul Ghoni, pengasuh Pondok Pesantren Akhlaq Rangkah, Surabaya.

Karenanya, anak kesembilan dari 13 bersaudara itu tumbuh besar di lingkungan pesantren dan NU sejak usia dini.

Dalam catatan Lembaga Ta'lif wan Nasyr NU (LTNNU), Kiai Miftachul disebut pernah mengenyam pendidikan di sejumlah pesantren besar Indonesia.

Beberapa di antaranya adalah Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Lasem.

Selain itu, dia juga pernah mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi al-Makki al-Maliki di Malang.

Saat ini, Kiai Miftachul menjadi pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.

Kiai Miftachul juga beberapa kali menjabat sebagai pengurus NU, baik tingkat wilayah maupun nasional.

Pada 2000-2005, dia menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya, kemudian menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur selama dua periode, yaitu 2007-2013 dan 2013-2018.

Selanjutnya, Kiai Miftachul menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU periode 2015-2020.

Pada 2018, dia ditunjuk sebagai Rais Aam PBNU 2018-2020, menggantikan KH Ma'ruf Amin yang maju pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2019.

Setelah KH Ma'ruf Amin menjabat sebagai wakil presiden, Kiai Miftachul terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2020.

Dia mengungguli sejumlah nama lainnya, seperti Dr Anwar Abbas dan Nasaruddin Umar, Amirsyah Tambunan, dan KH Muhyidin Djunaidi.

Dalam pembacaan hasil rapat tim AHWA, Zainal berpesan agar rais aam terpilih tidak rangkap jabatan di organisasi lain.

"Kalau ingin menjadi rais aam NU 2021-2026, diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain," ujar Zainal.

Selain itu, rais aam terpilih diharapkan bisa fokus dalam pembinaan dan pengembangan jamaah NU ke depan.

"Lalu kami berdiskusi, berdialog dengan rais aam terpilih, beliau berkata dengan sangat santun sekali, sami'na wa ato'na'," ujar Zainal.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved