Berita Terbaru Kota Blitar

Kisah Jatuh Bangun Yuliono Warga Sukorejo Kota Blitar Menjadi Peternak Burung Kenari

Inilah Kisah Jatuh Bangun Yuliono Warga Sukorejo Kota Blitar Menjadi Peternak Burung Kenari

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Yuliono menunjukkan hasil ternak burung kenari di rumahnya, Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Selasa (28/5/2024). 

Pada 2019, harga burung kenari mulai naik lagi. Apalagi ketika terjadi pandemi Covid-19, harga dan permintaan burung kenari naik drastis.

Yuliono kemudian mencari tambahan modal untuk mengembangkan ternak burung kenari. Ia menjual sepeda motor dan meminjam uang di bank untuk menambah modal ternak kenari.

Modal itu untuk membeli indukan burung kenari yang bagus. Ia membeli indukan burung kenari impor dari luar negeri.

Ia mendatangkan indukan burung kenari dari beberapa negara, antara lain Turki, Portugal dan Italia.

Harga satu ekor indukan burung kenari jantan impor sekitar Rp 5 juta, sedang harga satu ekor indukan burung kenari betina impor antara Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta.

Ia memiliki 11 ekor indukan burung kenari impor, 6 ekor jantan dan 5 ekor betina. "Sekarang saya memang fokus ternak burung kenari impor. Karena harganya bagus," katanya.

Dari indukan kenari impor itu, sekarang ia sudah memiliki hampir 50 ekor indukan burung kenari. Dari total itu, sekitar 25 ekor sampai 30 ekor merupakan indukan aktif produksi.

Dengan jumlah indukan itu, ia bisa menghasilkan 40 ekor sampai 50 ekor buru kenari sekali panen.

Masa satu periode panen ternak burung kenari sekitar 4-5 minggu atau sekitar 35-45 hari. "Sekali panen, rata-rata bisa menetaskan 40-50 ekor burung kenari," ujarnya.

Untuk harga jual burung kenari usia 4-5 minggu hasil ternak milik Yuliono bisa mencapai Rp 200.000 sampai Rp 2 juta per ekor.

Omzet Yuliono dari hasil ternak burung kenari rata-rata Rp 8 juta sampai Rp 15 juta tiap 40 hari.

"Kalau tiap panen dapat 40 ekor, diambil rata-rata minimal harga Rp 200.000 per ekor berarti sudah Rp 8 juta, itu minimal. Buat biaya perawatan sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Sisanya buat ekonomi keluarga. Saat kondisi panen bagus, juga pernah dapat omzet Rp 15 juta sekali penen," katanya.

Menurutnya, saat ini harga burung kenari masih stabil. Terutama harga burung kenari hasil ternak dari indukan impor masih tetap mahal.

Pelanggan burung kenari impor biasanya para penghobi suka ikut lomba. Selain itu, juga para penghobi yang ingin belajar ternak burung kenari.

"Untuk pemasaran saya tidak bingung. Pembeli datang sendiri ke rumah. Kadang saya kewalahan melayani pembeli di rumah," ujarnya.

Menurutnya, berternak burung kenari gampang-gampang susah. Gampangnya, berternak burung kenari tidak butuh tempat luas.

Selain itu, biaya perawatan ternak burung kenari juga lebih murah.

"Kendalanya cuaca, kalau cuaca terlalu panas hasilnya tidak bagus, terlalu dingin juga tidak bagus. Kendala lain hama tikus," katanya.

(samsul hadi/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved