Berita Terbaru Kota Blitar

Dari Modal Rp 300 Ribu, Pembuat Ketupat di Blitar Bisa Dapat Cuan Rp 10 Juta

Dari membuat ketupat, warga Sukorejo, kota Blitar, bisa memutar uang dari Rp 300 ribu menjadi Rp 10 juta

|
Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Suyono (kiri) bersama anak dan keponakannya sedang memproduksi ketupat di rumahnya, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Selasa (16/4/2024). 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Momen Hari Raya Idul Fitri 1445 H menjadi kesempatan bagi sebagian warga Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar untuk mendulang rezeki dengan cara berjualan ketupat. 

Sejumlah warga Kelurahan Tanjungsari memproduksi ketupat untuk kebutuhan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. 

Seperti dilakukan, Suyono (49), warga RT 2 RW 1 Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, ini. 

Baca juga: Harga Janur di Pasar Ngemplak Tulungagung Melonjak Menjelang Lebaran Ketupat

Tiap momen Lebaran, bapak tiga anak ini selalu memproduksi ketupat untuk dijual di pasar. 

"Saya selalu memproduksi ketupat tiap momen Lebaran. Ketupatnya saya jual sendiri di pasar," kata Suyono di rumahnya, Selasa (16/4/2024). 

Suyono terlihat sibuk membuat ketupat di rumahnya. Dia memproduksi ketupat dibantu keponakannya, Sulaiman (35) serta dua anaknya, Septian (23) dan Rahel (17). 

Suyono dan keponakannya terlihat mengisi beras ke dalam janur yang sudah dibentuk ketupat.

Sedangkan dua anaknya merebus ketupat dalam dandang besar di halaman samping rumah. 

Mereka membuat tungku dari batako untuk merebus ketupat. Bahan bakar merebus ketupat menggunakan kayu bakar. 

"Proses merebus ketupat selama 4 jam. Tapi, sebelum ketupat dimasukkan ke dandang, airnya harus mendidih dulu. Proses mendidihkan air lebih kurang 2 jam," ujarnya. 

Suyono sudah hampir 15 tahun memproduksi ketupat tiap momen Lebaran. Usaha produksi ketupat itu turun temurun mulai dari kakek dan bapaknya. 

Sekarang, Suyono yang melanjutkan usaha produksi ketupat dari kakek dan bapaknya.

Tiap momen Lebaran, Suyono memilih memproduksi ketupat. Ia rela meninggalkan pekerjaan sehari-sehari sebagai pedagang ikan asap untuk memproduksi ketupat. 

"Sehari-hari saya berjualan ikan asap. Kalau momen Lebaran kayak gini, saya libur jualan ikan asap, ganti memproduksi ketupat," katanya. 

Menurut Suyono, permintaan ketupat pada Lebaran tahun ini meningkat jika dibandingkan Lebaran tahun lalu. 

Lebaran tahun ini, Suyono bisa memproduksi 1.500-2.000 biji ketupat tiap hari. 

Harga jual ketupat pada Lebaran tahun ini juga naik jika dibandingkan Lebaran tahun lalu. Harga ketupat naik karena harga beras mahal. 

Lebaran tahun ini, harga ketupat mulai Rp 35.000-Rp 40.000 per 10 biji. Sedang Lebaran tahun lalu, harga ketupat hanya Rp 25.000 per 10 biji. 

Pesanan ketupat mulai ramai sejak H+4 Lebaran. Saat ini, ia sudah menghabiskan 2,5 kuintal beras untuk memproduksi ketupat. 

"Biasanya, selama seminggu momen Lebaran, saya bisa memproduksi 10.000-15.000 biji ketupat," ujarnya. 

Dikatakan Suyono, RT 2 RW 1 Kelurahan Tanjungsari bisa dikatakan sentral produksi ketupat. 

Hampir semua warga di lingkungan tersebut memproduksi ketupat saat momen Lebaran. 

Sebagian besar warga hanya membuat ketupat kosong. Sedang yang memproduksi ketupat matang sampai saat ini tinggal tujuh kepala keluarga, termasuk Suyono.

"Sekarang agak kesulitan mencari bahan baku janur untuk membuat ketupat. Kami mencari janur di wilayah Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar," katanya. 

Bagi Suyono, momen Lebaran menjadi berkah. Ia bisa mendapat tambahan penghasilan sangat lumayan dengan memproduksi ketupat. 

Selama sepekan, ia bisa mendapat laba bersih dari produksi ketupat sekitar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. 

"Modal awal saya hanya Rp 300.000. Modal itu terus saya putar dan sekarang sudah mendapat uang sekitar Rp 10 juta dari penjualan ketupat. Sampai sekarang, permintaan ketupat masih banyak," katanya. 

Anak Suyono, Septian menambahkan penghasilan dari produksi ketupat saat momen Lebaran sangat membantu ekonomi keluarganya. 

Septian yang sehari-hari bekerja sebagai sopir juga rela libur dulu untuk membantu memproduksi ketupat ayahnya. 

Selain membantu produksi, Septian dan adiknya, Rahel juga yang menjual ketupat di Pasar Templek, Kota Blitar. 

"Hasilnya lumayan. Lebaran tahun lalu, untung dari produksi ketupat bisa buat beli sepeda motor bekas seharga Rp 9 juta," katanya.

Ia memperkirakan, pendapatan dari produksi ketupat Lebaran tahun ini meningkat jika dibandingkan Lebaran tahun lalu. 

Lebaran tahun lalu, pendapatan dari produksi ketupat keluarganya sekitar Rp 16 juta. Lebaran tahun ini, ia memperkirakan pendapatan dari produksi ketupat keluarganya bisa mencapai Rp 20 juta sampai Rp 25 juta.

"Ini momen tahunan yang bisa membantu perekonomian keluarga saya," ujarnya. (sha) 


Foto : Suyono (kiri) bersama anak dan keponakannya sedang memproduksi ketupat di rumahnya, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Selasa (16/4/2024). 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved