Berita Terbaru Kabupaten Lamongan
11 Hari Menuju Nyepi, Umat Hindu di Lamongan Mulai Siapkan Boneka Ogoh-ogoh
Sebelas hari menjelang hari raya Nyepi, umat Hindu di desa Balun atau desa Pancasila di Lamongan Jatim mulai menyiapkan boneka ogoh-ogoh.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Sebelas hari lagi, umat Hindu, termasuk umat Hindu di Desa Balun yang dikenal dengan Desa Pancasila, akan merayakan Hari Raya Nyepi.
Umat Hindu di Desa Balun nampak sudah mulai mempersiapkan segala kebutuhan untuk merayakan hari suci umat Hindu tersebut.
Seperti membuat boneka raksasa atau yang dikenal dengan nama Ogoh-ogoh yang disimbolkan sebagai angkara murka yang nantinya akan dibakar usai dikirab keliling di jalan desa dan berakhir di lapangan desa.
Yang menarik, pembuatan ogoh-ogoh ini juga melibatkan warga setempat, sekalipun tak beragama Hindu.
Untuk satu ogoh-ogoh, biaya yang dikeluarkan cukup besar. Dari Rp 4 juta hingga Rp 6 juta.
"Sudah tiga bulan ini kami para pemuda yang berasal dari lintas agama ini bergotong royong membuat ogoh-ogoh," kata salah seorang pemuda Desa Balun, Aldo Aldani kepada wartawan di sela-sela mengerjakan pembuatan ogoh-ogoh bersama teman-temannya, Jumat (1/3/2024).
Keterlibatan umat agama selain Hindu dalam membuat ogoh-ogoh untuk perayaan Nyepi di Desa Balun memang bukan lagi menjadi hal yang mengherankan.
Pasalnya, desa ini memang dikenal dengan tingginya nilai toleransi antar umat beragama yang dimana rumah ibadah mulai dari Pura, Masjid serta Gereja yang letaknya berdekatan.
"Kami membuat ogoh-ogoh untuk nanti dipakai saat menjelang Hari Raya Nyepi oleh umat Hindu nanti dan ini memang inisiatif kami sendiri," ungkapnya.
Untuk membuat ogoh-ogoh, kata Aldo, bahan utamanya adalah dari bambu yang dianyam sedemikian rupa untuk membentuk sebuah patung yang seperti diinginkan.
Ada yang kerangkanya dibuat dari kawat besi. Itu semua tergantung selera, meski pada akhirnya semua ogoh-ogoh dimusnahkan habis dengan cara dibakar.
Selain itu, dibutuhkan juga bahan lainnya seperti kertas koran, kertas semen tanah liat dust, lem, isolasi, tisu dan kawat. "Bahan yang susah adalah lust yang semacam tanah liat. Itu biasanya kami beli secara online karena di Lamongan sendiri tidak ada," ungkapnya.
Untuk satu ogoh-ogoh yang ia buat bersama teman-temannya, Aldo menyebut, mereka urunan bersama sesama teman mereka hingga terkumpul sekitar Rp 4 juta. Untuk pengerjaan ogoh-ogoh hingga sekarang bisa mencapai hampir 90 persen itu, Aldo mengaku dikerjakan di sela-sela waktu kosong mereka.
"Dikerjakan saat luang waktu, seperti pulang kerja atau malam hari dan hari libur," katanya.
Aldo juga mengungkapkan, tidak ada persiapan khusus untuk pawai ogoh-ogoh yang akan berlangsung menjelang Hari Raya Nyepi nanti. Karena memang pawai ogoh-ogoh ini sudah menjadi kegiatan tahunan di desa Pancasila ini.
"Tidak ada persiapan khusus. Karena sudah rutin dilakukan setiap tahun," katanya.
(hanif manshuri/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
Balita Terkunci Dalam Mobil di Lamongan, Sang Ayah Keluar Merokok |
![]() |
---|
Rebutan Pramusaji Warung Miras, Pemuda di Lamongan Hajar Teman Sendiri |
![]() |
---|
Cara Polres Lamongan Mencegah Warganya Mengikuti Pengesahan Warga Baru PSHT di Gresik dan Mojokerto |
![]() |
---|
Bus Pariwisata Tabrak Pasutri Pengendara Motor di Jalur Pantura Lamongan, Suami Tewas Seketika |
![]() |
---|
Volume Sampah di Lamongan Selama Idul Fitri 1446 H Naik 2 Kali Lipat Dibanding Hari Biasa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.