Polusi Udara di Surabaya
Pemkot Surabaya Siapkan Opsi Imbauan Pakai Masker di Titik Polusi Udara Tinggi
Pemkot Surabaya mengimbau masyarakat mengenakan masker saat berada di titik-titik macet karena tingkat polusi udaranya tinggi.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Pemkot Surabaya menyiapkan sejumlah upaya preventif untuk melindungi masyarakat dari polusi udara di Surabaya.
Selain mengurangi tingkat pencemaran, juga memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Di antaranya, imbauan kepada masyarakat agar menggunakan kendaraan umum. Sebab, salah satu penyebab tingginya pencemaran udara juga karena asap kendaraan.
Baca juga: BREAKING NEWS - Kurangi Polusi Udara, Dishub Gelar Uji Emisi Kendaraan Secara Acak di Ahmad Yani
Kemudian, sosialisasi kepada masyarakat untuk menunda bepergian pada jam tertentu. Termasuk, imbauan kepada masyarakat agar menggunakan masker saat melintas di jalan dengan tingkat polusi tinggi, misalnya di titik kemacetan.
"Misal, di Jalan Ahmad Yani pada jam tertentu itu tingkat polusinya tinggi, maka harus diworo-woro (diimbau) untuk memakai masker ketika berkendara menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, kalau bisa hindari keluar rumah ketika di jam tertentu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Rabu (23/8/2023).
Selain itu, warga juga diimbau untuk ikut menanam tumbuhan bagi yang rumahnya dekat dengan tepi jalan. Tumbuhan yang dinilai ampuh menyerap polusi udara adalah jenis Sansevieria (Lidah Mertua).
"Itu (Sansevieria) wajib ditanam oleh warga yang rumahnya di tepi jalan. Itu akan lebih baik," katanya.
Baca juga: Kurangi Polusi Udara, Pemkot Surabaya Akan Konversi Motor Dinas ke Motor Listrik
Hebi menerangkan, kualitas udara di Surabaya masih layak hirup sejauh oni. Kesimpulan ini didasarkan pemantauan rutin kualitas udara melalui Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambient (SPKUA) dan alat portabel.
Di Surabaya, ada 3 alat pemantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pahlawan. Yakni SPKUA Wonorejo dan Kebonsari yang dikelola Pemkot, serta SPKUA Tandes milik pemerintah pusat.
Hebi menerangkan, ISPU Air Quality Monitoring System (AQMS) di Stasiun Wonorejo dan Kebonsari menggunakan 5 parameter dalam mengukur kualitas udara di Kota Surabaya. "Parameter yang digunakan tersebut antara lain, SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), dan PM10 (partikulat)," katanya.
Hasilnya, selama Januari – 14 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 58 dan hari sedang sebanyak 168. Artinya, tingkat pencemaran udara di Surabaya belum berbahaya atau masih layak hirup.
Berbeda dengan ISPU AQMS di Stasiun Tandes yang menggunakan 7 parameter pengukuran udara, yakni SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), HC (hidrokarbon), PM10 dan PM2.5 (partikulat).
Dengan parameter tersebut menunjukkan, bahwa mulai Januari – 17 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 129 hari dan hari sedang sebanyak 100 hari.
Selain memanfaatkan alat stasiun pemantauan udara, Hebi berencana menambah peralatan pemantauan udara portable yang ditempatkan di beberapa titik di Kota Surabaya. Nantinya alat tersebut akan disebar, kemudian data hasil pemantau udara portable itu akan dianalisa dan dibandingkan dengan ISPU untuk pengkajian lebih lanjut.
Pemkot Surabaya sejauh ini juga telah melakukan berbagai upaya lain dalam menekan tingkat pencemaran udara. Di antaranya, dengan memperbanyak penghijauan serta uji emisi gas buang kendaraan secara berkala.
Polusi Udara Sebabkan Kulit Wajah Terlihat Lebih Tua Daripada Umur Sebenarnya |
![]() |
---|
Nasihat Pakar Untuk Tetap Sehat di Tengah Gempuran Polusi Udara |
![]() |
---|
Kurangi Polusi Udara, Pemkot Surabaya Akan Konversi Motor Dinas ke Motor Listrik |
![]() |
---|
BREAKING NEWS - Kurangi Polusi Udara, Dishub Gelar Uji Emisi Kendaraan Secara Acak di Ahmad Yani |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.