Press Release

Marak Kasus Orangtua Bunuh Anak, Save The Children Indonesia Soroti Isu Kesehatan Mental Orangtua

Save the Children Indonesia menyoroti isu kesehatan mental orangtua dari beberapa kasus pembunuhan oleh orangtua terhadap anak.

Editor: eben haezer
ist
Affan, ayah di kecamatan Menganti, kabupaten Gresik, yang tega menghabisi nyawa putri kandungnya yang masih berusia 9 tahun 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Terjadinya sejumlah peristiwa orangtua membunuh anaknya, mendapat perhatian dari Save the Children Indonesia (SCI).

Mereka menyoroti isu kesehatan mental orang tua dalam kasus-kasus pembunuhan tersebut. 

Mereka menilai, dari banyak kasus di Indonesia orang tua membunuh anak kandung sendiri,  seharusnya orangtua menjadi orang terdekat yang melindungi anak dan yang paling dipercaya oleh anak. 

Troy Pantouw, Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media – Save the Children Indonesia mengatakan, tidak jarang salah satu alasan utama pembunuhan karena faktor kemiskinan, ketidaksanggupan memberikan pengasuhan, dan paling buruk adalah anggapan orang tua, bahwa membunuh untuk menyelamatkan anak.

Kasus pembunuhan anak yang belakangan terjadi di Pati Jawa Tengah dan Gresik Jawa Timur, menunjukkan, betapa pentingnya semua pihak memberi perhatian pada isu kesehatan mental orang tua. 

Kondisi kesehatan mental pada orang tua dapat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya, dan memengaruhi perilaku serta kesejahteraan mereka. 

"Oleh karena itu, Save the Children Indonesia meminta Pemerintah untuk memprioritaskan isu kesehatan mental orang tua dalam berbagai bentuk kegiatan secara nyata dan meningkatkan akses, maupun kualitas layanan kesehatan mental bagi masyarakat, khususnya orang tua,” tegas Troy Pantouw,  Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media – Save the Children Indonesia dalam rilisnya, Minggu (7/5/2023). 

Lebih lanjut Troy Pantouw menambahkan, beberapa Studi kasus terkait Kekerasan pada anak dan kesehatan mental membuktikan, orang tua yang semasa kecil mengalami kekerasan dalam pengasuhan, memiliki potensi untuk melakukan pengulangan dalam pengasuhan dengan kekerasan pada anaknya, bahkan berpotensi memiliki ganguan kesehatan mental saat ia dewasa, terutama ketika tidak pernah mendapatkan bantuan layanan professional.

Data World Health Organization 2021 menjelaskan, 10 sampai 20 persen anak dan remaja di seluruh dunia, mengalami kondisi permasalahan terkait kesehatan mental, 50 persen di antaranya dimulai sejak usia 14 tahun dan 75 persen dimulai pada usia pertengahan 20 Tahun. 

"Satu dari empat anak, saat ini tinggal bersama orang tua yang memiliki kondisi mental yang serius. Hal ini menunjukkan,  kurangnya layanan MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support / Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial) bagi orang tua, ini dapat berdampak serius pada perlindungan, kesehatan dan kesejahteraan anak," imbuhnya. 

Kondisi psikologis orang tua yang rentan, juga dapat meningkatkan risiko kekerasan antar pasangan, kekerasan terhadap anak dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendidik anak. 

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam meningkatkan layanan Kesehatan mental dan dukungan psikososial untuk orang tua, untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan dan memastikan kesejahteraan anak.

Selain itu, Save the Children Indonesia juga meminta masyarakat untuk menghentikan stigma dan persepsi terhadap masalah kesehatan mental. 

"Kesehatan mental bukanlah hal yang tabu dan diabaikan, namun justru perlu dimintakan bantuan dan didukung, agar mengalami pemulihan, sehingga bagi orang tua yang mengalaminya akan merasa lebih nyaman dan terbuka untuk mencari serta menerima bantuan dalam mengatasi isu kesehatan mental mereka dari para ahli," katanya. 

Save the Children Indonesia melalui program MHPSS / Kesehatan Mental dan Layanan Dukungan Psikososial yang di Jakarta dan Jawa Barat, membuktikan bahwa kondisi mental yang sehat dari orang tua, pengasuh utama dan orang – orang terdekat dengan anak, akan membantu membangun hubungan yang baik, aman dan hangat. 

"Hal ini juga membantu perkembangan mental anak dan mencapai hasil pendidikan yang lebih baik," katanya.

Diketahui, dua kasus dugaan pembunuhan oleh seorang ayah terhadap anaknya terjadi di Gresik Jawa Timur pada Sabtu (29/4/2023) dan di Pati, Jawa Tengah, Senin (1/5/2023).

(Sugiyono/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer
 

--

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved