Warna Warni Ramadan
Tradisi Sholat Tarawih Cepat di Pondok Mantenan Blitar: Berhasil Membuat Jemaah Memadati Masjid
Sholat tarawih di Ponpes Mamba'ul Hikam di Blitar dikenal sebagai sholat tarawih cepat atau sholat tarawih kilat. Seperti ini tradisinya
Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Ratusan orang mengikuti tradisi sholat tarawih cepat di Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Hikam, Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, pada hari pertama sholat tarawih Ramadan 1444, Rabu (22/3/2023) malam.
Para jemaah yang datang dari berbagai daerah memenuhi Masjid Ponpes Mamba'ul Hikam atau biasa disebut Pondok Mantenan yang berkapasitas sekitar 750 orang.
Sejumlah jemaah lainnya terlihat mengikuti sholat tarawih di halaman Masjid sampai di jalan depan Pondok Mantenan.
Seperti yang dilakukan Makiyat (45), warga Desa Selorejo, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, yang mengikuti jemaah sholat tarawih di halaman Masjid Pondok Mantenan.
Setiap Ramadan, Makiyat selalu mengikuti jemaah sholat tarawih cepat di Pondok Mantenan. Jarak rumah Makiyat dengan Pondok Mantenan sekitar 4 kilometer.
Durasi sholat tarawih di Pondok Mantenan memang lebih cepat jika dibandingkan pada umumnya.
sholat tarawih sebanyak 20 rakaat dan sholat witir sebanyak tiga rakaat selesai dalam waktu lebih kurang 10-12 menit.
"Saya sudah hampir 25 tahun mengikuti jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan. Saya merasa mantap dan senang sholat tarawih di sini karena cepat," kata Makiyat.
Selain cepat, Makiyat memilih ikut jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan, juga karena jumlah jemaahnya selalu ramai.
Jumlah jemaah yang selalu ramai membuat Makiyat merasa lebih semangat mengikuti sholat tarawih.
"Bagi saya, suasana sholat tarawih di Pondok Mantenan terasa beda. Jemaahnya selalu ramai. sholatnya juga cepat, saya bisa cepat jualan lagi," ujarnya.
Makiyat kebetulan berjualan warung lalapan yang buka mulai sore hingga malam. Dengan mengikuti sholat tarawih cepat, ia bisa segera berjualan lagi.
"Karena sudah terbiasa, saya merasa tidak kesulitan mengikuti kecepatan gerakan sholat," katanya.
Jadi kalau ada yang bertanya tarawih tercepat di mana? maka jawabannya bisa jadi adalah di Pondok Mantenan ini. Sampai-sampai, ada yang menyebutnya tarawih kilat.
Hal sama diungkapkan Mamba'udin (42), warga Desa Bakung, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Udin, panggilan Mamba'udin mengaku sejak kecil sampai sekarang sudah berkeluarga dan punya anak selalu mengikuti jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan.
"Tiap Ramadan, saya rutin sholat tarawih di Pondok Mantenan. Kalau tidak ada halangan, saya rutin ikut sholat tarawih mulai awal sampai finish di sini. Dari kecil sampai sekarang sudah punya anak, saya ikut sholat tarawih di sini," katanya.
Udin juga merasakan suasana berbeda saat mengikuti jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan.
Selain cepat, menurutnya, jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan selalu ramai.
"Sholatnya cepat, sekitar 10 menit sudah selesai. InsyaAllah, saya sudah bisa mengikuti (kecepatan gerakan) sholat tarawih di sini (Pondok Mantenan)," ujarnya.
Asal Mula Sholat Tarawih Cepat di Pondok Mantenan
Pengasuh Ponpes Mamba'ul Hikam atau Pondok Mantenan, KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam mengatakan sholat tarawih model seperti ini (cepat) sudah berjalan sejak zaman kakeknya, pendiri Pondok Mantenan, Kiai Abdul Ghofur.
"Mbah Yai Abdul Ghofur mendirikan pondok ini pada 1907," kata KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam usai memimpin sholat tarawih di Pondok Mantenan, Rabu (22/3/2023) malam.
Ia menjelaskan asal mula tradisi sholat tarawih cepat di Pondok Mantenan. Dulu, pada waktu pondok didirikan oleh kakeknya Kiai Abdul Ghofur, kondisi masyarakat di sekitar Desa Mantenan masih awam dengan agama Islam.
Mbah Abdul Ghofur bisa dibilang yang babat alas menyebarkan agama Islam di sekitar Desa Mantenan.
"Di sini (Mantenan) dulu, (masyarakatnya) masih awam (agama Islam). Istilahnya, yang babat Mbah saya itu. Waktu tiba Ramadan, Mbah melaksanakan sholat tarawih seperti biasa. Tapi, akhirnya setelah seminggu, jemaah habis, tinggal dua, tiga orang saja," ujar generasi keempat pengasuh Ponpes Mantenan itu.
Ia menceritakan, setelah mengetahui jemaah sholat tarawih semakin habis, Mbah Abdul Ghofur kemudian mendatangi satu per satu rumah jemaah.
Mbah Abdul Ghofur menanyakan kepada para jemaah kenapa tidak lagi ikut jemaah sholat tarawih.
"Akhirnya, para jemaah ditanya satu per satu oleh Mbah Abdul Ghofur. Cara Jawanya, nyapo kok gak gelem tarawih? (kenapa kok tidak mau tarawih? red.) Jawabannya kesel, Gus. Waktu itu Mbah Abdul Ghofur masih muda," katanya.
Lalu, Mbah Abdul Ghofur mencarikan solusi agar masyarakat mau ikut jemaah sholat tarawih lagi, yaitu, dengan mempercepat pelaksanaan sholat tarawih.
"Karena ulama pelayan umat, ulama hadir mencarikan solusi agar umat mau beribadah. Ulama hadir harus mencarikan solusi bagaimana umat mau ibadah. Beliau (Mbah Abdul Ghofur) mencarikan solusi sholat tarawih dipercepat," katanya.
Menurutnya, pada masa itu, di sekitar Desa Mantenan, umatnya rata-rata petani. Ketika siang mereka kerja di sawah, makanya kalau malam harus ikut sholat tarawih dengan durasi lama sudah tidak mampu.
"Akhirnya dicarikan solusi sholat tarawih dipercepat, yang tanpa melanggar dan tidak mengurangi nilai-nilai sholat. Misalnya, (baca) Fatihah jangkep (lengkap), juga bacaan tarawih, kemudian tuma'ninah terpenuhi," ujarnya.
Jadi, kata KH Muhammad Dliya'uddin, mulai tahun 1907, kakeknya Kiai Abdul Ghofur mengajak masyarakat di sekitar Desa Mantenan ikut jemaah sholat tarawih cepat.
Dengan dipercepat, para jemaah yang mengikuti sholat tarawih ramai lagi hingga akhir Ramadan.
"Ini inti dari pada sholat tarawih yang dilaksanakan di Pondok Mantenan, yang diawali oleh pendirinya Mbah Yai Abdul Ghofur, diteruskan anaknya, Mbah Yai Sulaiman Zuhdi, lalu diteruskan adiknya Mbah Yai Zubaidi Abdul Ghofur, dan diteruskan lagi oleh adiknya Mbah Yai Abdullah," katanya.
"Semuanya mursyid. Mbah Abdul Ghofur mursyid tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Al Mujaddidiyah. Jadi, bukan apa ya, bukan sekadar dipercepat dan tidak mencari sensasi, tapi ada dasar dan tuntunannya. Tidak keluar dari tuntunan dan syariat," tambahnya.
(samsul hadi/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.