Berita Terbaru Kabupaten Trenggalek

Kisah Saeni, Pandai Besi di Trenggalek yang 20 Tahun Membantu Petani di Desanya

Inilah kisah Saeni, pandai besi di Gandusari Trenggalek yang 20 tahun sudah membantu para petani di desaya

Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/sofyan arif candra
Saeni, pandai besi di Gandusari, Trenggalek, sedang mengerjakan pesanan klien 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Suara palu dan besi yang beradu, memecah sunyinya malam dusun Ngelo, desa Jajar, kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek. 

Suara palu dan besi beradu ini adalah tanda bahwa Saeni (50), sedang mengerjakan pesanan arit dari pelanggannya. 

"Besok mau diambil, orangnya sudah bilang mau datang langsung ke sini," kata Saeni, Rabu (22/3/2023) malam.

Rumah Saeni yang berada di ujung jalan buntu berbatasan dengan sawah membuatnya leluasa untuk menghabiskan malam menempa besi hingga sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Ia tak khawatir suara berisik dari pekerjaannya sebagai Pande Besi akan mengganggu tidur tetangganya.

Bahkan saat Tribun Jatim Network berkunjung ke bengkel Pande Besi milik Saeni, para tetangganya justru asyik nongkrong, ngobrol 'ngalor-ngidul' bersama Saeni yang sedang menggarap pekerjaannya.

Maklum, bengkel yang berada di depan rumah Saeni menjadi satu-satunya bangunan yang bisa dipastikan beraktivitas pada malam hari di Dusun Ngelo.

"Daripada tidur sore, orang-orang banyak yang ngobrol di sini, kadang kala kebablasan sampai menjelang subuh," lanjut Saeni.

Saeni memilih mengerjakan pesanan sebagai Pande Besi pada malam hari juga bukan tanpa alasan, karena pada pagi sampai siang hari ia bertani dan mencari rumput untuk pakan ternaknya.

"Saya sudah 20 tahun jadi Pande (pandai besi), sempat mau berhenti tapi sama orang-orang di desa sini dilarang," ucapnya.

Para tetangganya bingung jika Saeni pensiun sebagai Pandai Besi dan fokus menjadi petani, kepada siapa mereka akan memesan atau memperbaiki alat pertaniannya yang rusak.

Jika adapun mereka harus ke Pande Besi yang jauh dari Desa Jajar, selain itu para mereka juga puas dengan garapan Saeni.

Bapak dua anak tersebut belajar menjadi Pande Besi secara otodidak. Dua puluh tahun lalu ia mengamati Pande Besi lainnya lalu ia tirukan hingga jadi 'pekerjaan sampingan' nya hingga kini.

Menurut Saeni, sedikit banyak penghasilannya menjadi Pande Besi ia syukuri karena menurutnya pekerjaan utamanya adalah seorang petani, selain itu niatnya menjadi Pande Besi adalah untuk membantu sesama petani.

"Rata-rata arit atau pisau buatan saya, saya jual Rp 70-90 ribu. Paling mahal saya ingat Rp 120 ribu," jelas Saeni.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved