Berita Terbaru Kota Blitar

Melihat Sentra Produksi Opak Gadung di Blitar, Pesanan Meningkat Tiap Menjalang Ramadan

Seperti Ramadan sebelum-sebelumnya, para Produsen Opak gadung di kota Blitar mulai kebanjiran pesanan. Mari mengintip sentra produksinya

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Warga menjemur opak gadung di halaman rumah di Dusun Tegalrejo Sadeng, Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Kamis (16/3/2023).  

"Kalau bahannya dapat banyak dan cuacanya cerah, langsung kami olah. Seperti hari ini, saya dapat bahan gadung tiga kuintal, semua langsung kami olah," katanya.

Tiap menjelang Ramadan dan Lebaran, Muntiari rata-rata bisa mengolah dua sampai tiga kuintal gadung per hari.

Karena, permintaan opak gadung selalu meningkat tiap menjelang Ramadan dan Lebaran.

"Untuk penjualan, biasanya langsung diambil oleh pengepul. Kalau ada yang pesan langsung, juga kami layani. Tapi, kebanyakan diambil pengepul," ujarnya.

Menurutnya, harga opak gadung juga naik tiap menghadapi Ramadan dan Lebaran. Harga opak gadung yang masih krecek bisa mencapai Rp 23.000 per kilogram.

Sedang kondisi normal, harga opak gadung hanya berkisar Rp 17.000 per kilogram sampai Rp 20.000 per kilogram.

"Hanya saja, pas menjelang Ramadan dan Lebaran, bahan bakunya juga agak sulit," katanya.

Hariyanto, suami Muntiari menambahkan ada sekitar 200 warga yang memproduksi opak gadung di Dusun Tegalrejo Sadeng.

Para produsen mayoritas menjual opak gadung ke pengepul di desanya. "Kami rata-rata hanya pembuat (produsen), penjualannya langsung ke pengepul," katanya.

Hariyanto mengatakan proses pengolahan opak gadung membutuhkan waktu tiga sampai empat hari dengan catatan cuaca cerah.

Proses pengolahan opak gadung dimulai dengan mengupas gadung. Gadung yang sudah dikupas kemudian dirajang.

Setelah dirajang, gadung ditaburi abu yang dicampur dengan garam. Abu untuk menaburi gadung juga pilihan, yaitu, abu merang atau abu pelepah tebu.

"Kalau salah pilih abu, proses pembuatan opak gadung bisa gagal," ujarnya.

Setelah ditaburi abu campur garam, rajangan gadung disimpan dalam karung untuk didiamkan semalam agar lemas atau lentur.

Besoknya, rajangan gadung yang sudah lentur baru dijemur sampai kering. Setelah kering, gadung dimasukan lagi dalam karung untuk dicuci di sungai.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved