Berita Tulungagung

Menjelang Akhir 2022, BPS Nyatakan Tak Ada Lagi Kemiskinan Ekstrem di Tulungagung

Berdasarkan data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan ekstrem tahun 2022 di Tulungagung telah berubah menjadi 0 persen.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
Pemkab Tulungagung untuk Tribun Mataraman
Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo menyalurkan BLT untuk lansia, salah satu upaya menurunkan kemiskinan ekstrem.  

TRIBUNMATARAMAN.COM - Berdasarkan data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan ekstrem tahun 2022 di Tulungagung telah berubah menjadi 0 persen.

Upaya penghapusan kemiskinan ektrem ini dilakukan Pemkab Tulungagung selama dua tahun terakhir.

Data kemiskinan ekstrem Kabupaten Tulungagung tahun 2020 sebanyak  1,43 persen dari jumlah penduduk sekitar 1,1 juta jiwa.

Lalau data tahun 2021 kemiskinan ektrem berhasil ditekan menjadi 0.94 persen dari populasi.

Lalu di tahun 2022 ini kemiskinan ekstrem dinyatakan tidak ada lagi di wilayah Tulungagung.

"Ini berkat berbagai upaya yang komprehensif untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem. Dari berbagai sektor kita garap," ujar Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo. 

Kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan  memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, air bersih, sanitasi layak, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.

Bank Dunia menetapkan, penduduk miskin ekstrem yang kebutuhan sehari-harinya tidak lebih dari USD 1,9.

Di Indonesia angka ini sebesar sekitar Rp11.941,12 per orang per hari, atau Rp 358.233,6 per orang per bulan.

Selain kemiskinan ekstrem,  kemiskinan makro di Tulungagung sempat melonjak 7,51 persen di tahun 2020-2021.

Kondisi ini karena selama dua tahun itu masa pandemi Covid-19.

Namun di tahun 2022 ini kemiskinan makro berhasil ditekan di angka 6,71 persen.

"Dua tahun pandemi pertumbuhan ekonomi kita sempat minus. Itu yang membuat kemiskinan makro kita juga meningkat," ujar  Maryoto.

Pertumbuhan ekonomi Tulungagung juga terpuruk di tahun 2020, di angkat minus 3,09 persen.

Pertumbuhan negatif ini terjadi karena berbagai kebijakan pengetatan untuk menangani pandemi Covid-19.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved