Banjir Tulungagung
Hewan-hewan Air Mati, Banjir di Desa Sidorejo Diduga Mengandung Limbah Berbahaya
Banjir bercampur limbah kembali menggenangi permukiman Desa Sidorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Hewan-hewan air mati.
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
Banyak yang keluar dari cangkangnya dalam kondisi mari.
Bahkan warga menemukan belut yang mati, diduga karena faktor pencemaran lingkungan.
Tumbuh-tumbuhan juga terdampak dengan genangan air bercampur limbah.
Rumput dan belukar mati dengan kondisi kuning.
Pohon-pohon pisang milik warga daunnya juga mulai menguning.
Menurut Deputi Advokasi dan Kebijakan Lingkungan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi Tulungagung, Maliki Nusantara, matinya biota air ini pertanda ada pencemaran berat.
"Kita belum melihat sumbernya. Tapi matinya hewan-hewan air itu pertanda ada pencemaran berat, bisa pencemaran organik maupun nonorganik," terang Maliki.
Lanjut Maliki, matinya hewan-hewan air ini dimungkinkan karena adanya limbah.
Hal ini sesuai dengan pengakuan warga, bahwa selalu ada kiriman air mengepul dari arah PG Mojopanggung.
Namun untuk membuktikan harus ada pengujian di laboratorium.
Pencemaran di Desa Sidorejo ini dimungkinkan air limbah yang belum layak dibuang.
Sesuai ketentuan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) harus nol.
Indikasi yang paling mudah adalah dengan biotilik, tidak boleh ada hewan air yang mati.
"Hewan air harus bisa hidup di air bebas limbah yang sudah diolah lewat IPAL. Barulah air itu boleh dibuang ke sungai," tegasnya.
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada pada limbah.