Tragedi Kanjuruhan
Perjuangan Penjual Nasi Goreng Cari Anaknya di Antara Kantung Mayat di 5 RS Dalam Tragedi Kanjuruhan
"Jadi saat saya buka kantung jenazah, wajahnya rata-rata kayak hangus kena minyak panas. Katanya kena gas itu," jelas Sugeng.
Kata tersebut tepat untuk menggambarkan kondisi fisik Stadion Kanjuruhan pada dini hari itu.
Beberapa mobil terbakar, sampah di mana-mana, pecahan kaca dan besi teronggok di sekitar area stadion.
Meski dalam kondisi panik dan khawatir keselamatan anaknya, Sugeng tak mengenal kata lelah.
Selama Hlhampir 1,5 jam Sugeng terus berkeliling area dalam dan luar stadion, mencari anaknya.
Rupanya pencarian di dalam stadion dan luar stadion tak mampu mengobati kekhawatirannya.
Karena upayanya tidak membuahkan hasil atau tidak menemukan sang anak.
"Waktu itu saya pulang kerja jam 1 malam. Temannya sudah pulang, kok anak saya nggak pulang. Kemudian saya cari, ternyata sampai jam 02.30 saya enggak ketemu, cuma motornya saja," tutur warga yang bermukim di Jalan Ikan Piranha Atas, Tunjung sekar, Lowokwaru, Malang.
Sugeng kemudian bergegas menuju ke beberapa rumah sakit, yang menjadi rujukan tempat merawat para korban kerusuhan suporter pada malam itu.
Seingat kakek dua cucu itu, ada lima rumah sakit yang didatanginya.
Setiap tiba di sebuah rumah sakit, Sugeng menuju ke ruang IGD dan menanyakan nama anaknya.
Lagi-lagi dijawab tidak ada karena namanya tidak tercantum dalam penanganan pasien.
Sugeng pun keluar dan bergegas ke kamar mayat rumah sakit tersebut.
"Lalu saya cari ke RS, ada 5 RS, mulai Gondanglegi, Pakis Aji, Wava, RSUD Kanjuruhan. Saya cari di ruang pasien gak ada. Dan saya cari di ruang jenazah," ungkapnya.
Selama mencari keberadaan anak di dua ruangan tersebut. Perasaan Sugeng dibuat bercampur aduk.
Antara pasrah dan optimistis, sepertinya saling tumpang tindih tak jelas.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/mataraman/foto/bank/originals/Perjuangan-Penjual-nasi-goreng-cari-anaknya.jpg)