Tragedi Kanjuruhan

Perjuangan Penjual Nasi Goreng Cari Anaknya di Antara Kantung Mayat di 5 RS Dalam Tragedi Kanjuruhan

"Jadi saat saya buka kantung jenazah, wajahnya rata-rata kayak hangus kena minyak panas. Katanya kena gas itu," jelas Sugeng.

Editor: Anas Miftakhudin
Luhur Pambudi
Perjuangan Sugeng (50) saat mencari anaknya, Risky Dendi Nugroho (19) di antara puluhan kantung mayat di 5 RS dalam tragedi Kanjuruhan. 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Perjuangan Penjual nasi goreng, Sugeng (50) untuk mencari anaknya yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan tak mengenal lelah.

Ia terus berjalan menyusuri Stadion Kanjuruhan hingga 5 Rumah Sakit (RS) di Malang tempat merawat korban dan menampung jenazah.

Anak yang dicari adalah Risky Dendi Nugroho (19). Ia adalah satu di antara puluhan korban luka akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan.

Pemuda yang baru lulus SMA itu akhirnya ketemu di RSUD dr Saiful Anwar (RSSA), Malang tengah menjalani perawatan intensif

Perawatan medis itu dilakukan sejak malam kelabu, Sabtu (1/10/2022) hingga Senin (3/10/2022) siang.

Menurut Sugeng, anaknya masih dalam perawatan medis karena kondisi kesehatannya belum pulih.

Karena kondisi kesehatannya itu. Ia menambahkan, sang anak harus bernapas dengan alat bantu.

"Hasil rontgen kemarin nggak diceritakan. Tapi kalau kata dokter kebanyakan menghirup udara gas air mata. Karena bisa kena paru-paru, dan bisa sesak. Sampai sekarang masih pakai oksigen terus, iya alat bantu oksigen, napasnya susah," katanya saat ditemui di depan IGD RSSA Malang, Senin (3/10/2022).

Hingga kini, lanjut Sugeng, anaknya masih belum bisa berkomunikasi.

Terkadang, menangis. Tapi lebih banyak diam.

"Sampai sekarang nggak bisa komunikasi, bisanya bergerak-gerak saja. Seperti menangis, diam," ungkap pedagang nasi goreng tersebut.

Menurut Sugeng, jika mengingat kembali Sabtu malam kelabu, ia hanya bisa geleng-geleng kepala.

Pasalnya, sekitar pukul 01.00 WIB, Minggu (2/10/2022), ia tak melihat anaknya pulang bersama teman-teman kampung sebayanya.

Merasa ada yang tak beres. Sugeng yang saat itu, baru saja pulang dari berjualan nasi goreng di sebuah perumahan kawasan Blimbing, Malang, bergegas menuju stadion untuk mencari keberadaan anaknya.

Bak disambar petir di siang bolong. Setibanya di stadion, kondisinya terlihat porak-poranda.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved