Tragedi Kanjuruhan
Kesaksian Andreas Aremania Pasuruan, Hendrik Niat Nolong Aremanita Pingsan Justru Nyawanya Terenggut
"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," jelas Andreas.
TRIBUNMATARAMAN.COM I PASURUAN - Aremania Pasuruan, Andreas tak bisa menyembunyikan kesediahannya.
Remaja asal Desa Pucangsari, Pasuruan ini baru saja kehilangan teman sejawatnya, Hendrik Gunawan saat nonton bareng di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Hendrik Gunawan adalah satu dari delapan remaja asal Kabupaten Pasuruan yang meregang nyawa dalam tragedi Kanjuruhan, Sabtu malam.
Baca juga: Aremanita Asal Gresik Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Almarhumah Alumni Ponpes Mambaul Ihsan
Baca juga: Tragis, Siswi SMAN 1 Gedeg Mojokerto Berangkat Sekolah Tewas Tertimpa Porang
Baca juga: Ulama dan Warga Banyuwangi Deklarasikan Prabowo Presiden 2024, Gus Dur Beliau Figur Bersih & ikhlas
Jika mengenang tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang, mata Andreas langsung berkaca-kaca.
Karena saat menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Andreas berangkat bersama almarhum Sabtu siang dari rumahnya.
Andreas mengaku tidak menyangka perjalanannya ke Malang ini adalah perjalanan terakhir bersama sahabatnya, Hendrik Gunawan.
Ia tidak menyangka, temannya nonton Arema FC ini akan meregang nyawa.
Ia mengaku berangkat siang dari Pasuruan menggunakan sepeda motor Hendrik.
Sampai Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 16.30 wib. Ia dan Hendrik tidak bergegas langsung masuk Stadion.
Selepas magrib, ia baru masuk ke Stadion dan langsung memasang spanduk di pagar penonton.
Baca juga: PWNU Jatim: Wajib Copot Kapolda dan Kapolres Malang, Pengurus PSSI Mundur Terkait Tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Mahasiswa UNEJ Jember Asal Probolinggo Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Berangkat Pakai Sepatu Baru
"Saya dan Hendrik duduk di Tribun 11. Sepanjang pertandingan memang sudah beberapa keributan kecil di tribun 12 dan 13. Setelahnya ya tidak ada tanda - tanda , kalau di akhir pertandingan akan kejadian seperti ini," katanya, Senin (3/10/2022) siang.
Disampaikannya, selepas pluit panjang dibunyikan, Arema kalah 2 - 3 dari Persebaya. Ia langsung melepas spanduk yang dipasangnya di pagar.
Ia memang melihat banyak orang yang memanjat pagar dan berusaha masuk ke lapangan.
Ia mengira, apa yang dilakukan suporter itu adalah bentuk kekecewaan terhadap hasil pertandingan itu.
Baca juga: PBNU Dirikan Posko Terpadu di Malang&Serukan Salat Gaib, Korban Tragedi Kanjuruhan Diberi Santunan
Baca juga: Pelajar SMKN Kudu Jombang Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Dada dan Wajah Membiru Kena Gas Air Mata
Baca juga: Remaja Yatim Piatu Jember Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Baju yang Dicuci Masih di Jemuran
Andreas dan Hendrik tidak pernah berpikir untuk masuk ke lapangan. Yang dipikirannya, hanya melepas spanduk dan bergegas pulang.
"Tapi tiba - tiba, suporter yang turun ke lapangan berlarian mendekat pagar tribun penonton. Dari arah lapangan, terlihat tembakan gas air mata bertentangan. Saya dan Hendrik langsung ketakutan dan mempercepat melepas spanduk," jelasnya.
Ia dan Hendrik langsung berusaha keluar dari Stadion.
Di sana, ia melihat banyak suporter yang sudah pingsan di tribun penonton. Sampai akhirnya, kata dia, Hendrik Gunawan memutuskan menghentikan langkahnya untuk menolong suporter wanita yang jatuh pingsan.
"Masih muda, mungkin usia 16 tahun. Dia (Hendrik) memilih untuk menolongnya. Saya tawarkan untuk keluar bersama, saya disuruh keluar dulu, nanti dia menyusul sama perempuan itu. Ya akhirnya saya keluar dulu meninggalkannya," paparnya.
Andreas mengaku keluar melewati pintu keluar yang sempat tidak terbuka. Padahal, di dekat pintu keluar sudah berjubel orang yang menunggu giliran untuk keluar.
"Saya harus lompat pagar untuk bisa keluar cepat," tambahnya.
Setelah itu, ia menceritakan di luar stadion terjadi keributan.
Banyak suporter yang mengajukan dan membakar truk dan mobil di sana.
Andreas mengaku hanya duduk dan menunggu kedatangan Hendrik Gunawan. Ia menunggu di parkiran sepeda motor.
"Saya tunggu sampai jam setengah 1, tapi tidak ada kabar sama sekali. Kunci sepeda motor dan perlengkapan lainnya, dibawa Hendrik. Akhirnya saya ketemu sama teman dari Purwosari yang kebetulan juga mencari temannya yang tak kunjung kembali," paparnya.
Ia mengaku sekira pukul 02.00 wib keliling ke Stadion lagi dan mencari Hendrik Gunawan. Bahkan, ia berkeliling dua kali. Namun ia tidak menemukan Hendrik. Ia lantas disarankan penjaga parkir datang ke rumah sakit terdekat untuk mencari keberadaan sahabatnya.
"Akhirnya saya sama teman dari Purwosari keliling rumah sakit. Dan, ketemu sama Hendrik tapi sudah di kantong jenazah. Saya langsung sedih dan panik seketika itu. Saya tidak bisa berkata - kata mas, sahabat saya pergi selamanya," ujarnya.
Andreas mengaku tidak menyangka teman nonton sepakbolanya sudah tiada. Sepanjang jalan pulang ke rumah, ia tidak henti meneteskan air mata.
"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," jelas Andreas. (Galih Lintartika)