Berita Probolinggo

Kisah Persahabatan Menyentuh Hati 2 Remaja Pembuat Miniatur Kapal Pinisi di Probolinggo

Ini adalah kisah persahabatan indah antara 2 remaja pembuat miniatur kapal pinisi di kota Probolinggo, Wahyu dan Rizal.

Editor: eben haezer
tribunjatim/danend
Nur Wahyu Musafak (16) dan Muhammad Rizal Awidan (16) tengah membuat miniatur kapal pinisi dari bambu, Rabu (9/3).  

Reporter: Danendra Kusumawardana

TRIBUNMATARAMAN.com | KEDIRI - Kisah persahabatan dua remaja asal Kota Probolinggo, ini sungguh menginspirasi sekaligus menyentuh hati.

Keduanya adalah Nur Wahyu Musafak (16) dan Muhammad Rizal Awidan (16).

Rizal -sapaannya-, rela tak mengambil sepeserpun hasil penjualan miniatur kapal pinisi dari bambu yang ia buat bersama Wahyu.

Dia memberikan seluruh keuntungan itu kepada Wahyu.

Hal itu dilakukan Rizal untuk membantu Wahyu membeli ponsel sebagai penunjang belajar daring jika sewaktu-waktu kembali diterapkan.

Saat ini, ke duanya duduk di bangku kelas XI SMK. Namun, mereka berbeda sekolah. Rizal merupakan siswa SMKN 3 Probolinggo, sedang Wahyu siswa SMKN 4 Probolinggo.

"Agar bisa mengikuti pembelajaran daring, saya meminjam ponsel punya Rizal. Sebab, saya tak mempunyai ponsel. Rizal selalu sukarela meminjamkan gawainya kepada saya," kata Wahyu, Rabu (9/3).

Rizal dan Wahyu mulai kenal sejak usia 5 tahun ketika belajar mengaji bersama di sebuah Tempat Pendidikan Al-Quran (TPQ) dekat kediaman mereka, Jalan Mastrip Gang Masjid, Kelurahan/Kecamatan Wonoasih.

Sebelas tahun berselang, hubungan pertemanan keduanya tetap awet dan makin erat.

"Dalam perjalanannya, terutama saat masih bocah, kami kerap bermusuhan. Pemantiknya, misal kalah dalam sebuah permainan. Tak lama, setelah itu akrab kembali. Justru hal itu membuat saya dan Rizal semakin bersahabat karena tahu karakter masing-masing," jelas Wahyu seraya tertawa.

Kini, keduanya berkolaborasi membuat kreasi miniatur kapal pinisi dari bambu.

Bahkan, karya tersebut telah dipesan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistianto Dardak.

Selain, Emil, beberapa warga Kota Probolinggo dan kota lain di Jatim juga membeli miniatur kapal pinisi buatan mereka.

Terhitung sampai saat ini, sudah ada lima miniatur kapal pinisi telah laku terjual. Harga miniatur kapal pinisi mulai Rp 75.000 hingga Rp 500.000.

"Hasil penjualan saya gunakan untuk keperluan sekolah, uang saku, selebihnya ditabung untuk membeli ponsel. Sekarang uang tabungan masih terkumpul ratusan ribu," paparnya.

Di sisi lain, Wahyu tak bisa membeli ponsel lantaran himpitan ekonomi. Ayah dan ibunya merantau ke Surabaya bekerja sebagai buruh panggul di salah satu pasar tradisional.

Tiap sebulan sekali, orang tuanya pulang ke Kota Probolinggo memberikan sejumlah uang untuk kebutuhan sehari-hari kepada Wahyu dan kakak perempuannya.

"Uang itu hanya cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Saya ingin mandiri, tak menyusahkan orang tua. Dengan membuat miniatur kapal pinisi saya dan Rizal bisa mendapat penghasilan," urainya.

Sementara, Rizal menimpali, keuntungan yang didapat dari penjualan lima miniatur kapal pinisi sekira Rp 2 juta.

Untuk sementara ini, seluruh penghasilan tersebut, dia berikan kepada Wahyu.

Sebab, menurutnya, Wahyu lebih membutuhkan uang hasil penjualan untuk beragam keperluan, termasuk membeli ponsel.

"Dari pendapatan itu, diambil Rp 500.000 untuk modal. Selebihnya saya berikan kepada Wahyu untuk membeli ponsel dan keperluan lainnya. Saya tak mengambil jatah saya karena belum membutuhkannya. Apapun kondisinya, baik senang maupun susah kami rasakan bersama," pungkasnya. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved