Update Kondisi Sekitar Gunung Semeru: Banjir Bandang di Candipuro, Penambang Pasir Nekat Kerja

Terjadi banjir banjang yang menerjang ruas jalan dan sejumlah rumah warga di Candipuro. Penambang pasir nekat kerja

Penulis: Alif Nur Fitri P | Editor: eben haezer
tribunjatim/danendra kusumawardana
Kondisi ruas jalan di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang usai diterjang banjir bandang, Rabu (8/12) dini hari. Petugas kerahkan ekskavator untuk pembersihan dari material banjir.  

Ruas jalan yang terdampak sekitar 1 kilometer. Di samping jalan terdapat permukiman warga. 

"Sebelum kejadian, para warga sudah diungsikan ke tempat pengungsian yang lebih aman," pungkasnya. 

Petugas mengisolasi dusun yang diterjang banjir bandang dengan portal. Hal itu untuk mengantisipasi adanya korban jiwa.

Baca juga: Bekas Luka Danu Dipertanyakan Penyidik, Apakah Identik dengan Petunjuk Emas di Kuku Amalia

Penambang Pasir di Pasrujambe Lumajang Nekat Kerja

Para penambang pasir di Pasrujambe, Lumajang, mengabaikan risiko banjir lahar dari gunung Semeru.
Para penambang pasir di Pasrujambe, Lumajang, mengabaikan risiko banjir lahar dari gunung Semeru. (tribunjatim/tony hermawan)

Di lain sisi, aktivitas penambangan pasir di sejumlah sungai yang berhulu dari Gunung Semeru masih tetap berjalan pasca erupsi terjadi.

Sejumlah penambang di Desa/Kecamatan Pasrujambe, kabupaten Lumajang misalnya, tetap mengeruk pasir di Sungai Besuk Sat.

Padahal, ancaman banjir lahar dingin sewaktu-waktu bisa saja terjadi.

Salah satu kawasan yang sudah dilanda banjir lahar dingin yakni ruas jalan nasional. Tepatnya di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Pertama kali dalam sejarah banjir lahar dingin meluber hingga jalur alternatif penghubung Lumajang-Malang.

Yuliardi salah seorang penambang mengatakan, dirinya tetap bekerja seperti biasa karena kawasan lereng Gunung Semeru sedang tidak terjadi hujan. Terlebih, hulu Sungai Besuk Sat bukan jadi jalur utama material lahar turun sampai ke sungai.

"Aliran sini (Besuk Sat) mengandalkan air hujan dari lereng. Kalau hujan baru ikut turun pasir banyak ke Besuk Sat. Makanya pasir yang turun ke sini kualitasnya beda. Di Curah  hitam kalau sini merah," katanya.

Selain itu, Yuliardi mengaku, dirinya tetap mantap melakukan aktivitas pertambangan karena saat Gunung Semeru erupsi sampai sekarang kawasan Pasrujambe tidak terlalu terkena dampak.

"Ndak ada dampak kok paling cuma hujan abu kecil-kecil. Kiriman pasir sampai sekarang tetap normal," ujarnya.

Meski begitu, keyakinan Yuliardi tampaknya juga perlu diwaspadai. Sebab menurut Ine (24) salah seorang warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo menyebut saat Gunung Semeru erupsi guguran lava turun menyimpang dari jalur aliran lahar.

"Itu lava turunnya sudah kayak lewat tengah-tengah Gunung. Makanya cepat banget kena rumah-rumah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved