Erupsi Gunung Semeru Tak Terjadi Tiba-tiba, Ternyata Alam Sudah Beri 2 Tanda, Ini Penjelasan Pakar
Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) ternyata tidak terjadi secara tiba-tiba. Warga ungkap tanda-tanda alam
Penulis: Alif Nur Fitri P | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) ternyata tidak terjadi secara tiba-tiba.
Menurut pengamatan warga, terdapat dua tanda alam yang terlihat sebelum erupsi terjadi.
Tidak hanya itu, Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof Nana Sulaksana turut memberikan penjelasan.
“Jadi letusan kemarin bukan tiba-tiba, tapi memang sudah terjadi letusan kegiatan magmatisme jauh sebelumnya.
Hanya kemarin saat letusan besar, secara kebetulan bersamaan dengan curah hujan tinggi,” ungkap Nana dilansir dari Kompas.com Ternyata Erupsi Gunung Semeru Tak Terjadi Tiba-tiba
Baca juga: Update Covid-19 di Jawa Timur Hari ini 8 Desember & Info Syarat Perjalanan saat Libur Nataru
Berikut penjelasan Prof Nana Sulaksana dan kesaksian warga sekitar yang terdampak erupsi.
1. Penyebab Erupsi
Prof Nana menjelaskan, erupsi Gunung Semeru diakibatkan adanya dua gaya yang bekerja, yaitu endogen dan eksogen.
Gaya endogen terjadi dari aktivitas magma yang mendorong material vulkanik naik ke permukaan, sedangkan gaya eksogen diakibatkan hujan ekstrem.
Material vulkanik yang tertumpuk di kubah secara langsung bersentuhan dengan air.
Akumulasi material tersebut kemudian dialirkan oleh air dan hanyut ke bawah melalui lembahan dan sungai-sungai.
Akibatnya, banjir lahar mampu menyapu kawasan di lembahan Semeru.
“Kalau tidak ada hujan, maka seluruh material yang keluar sifatnya belum langsung menjadi lahar.
Ini karena musim hujan, kebetulan hujan besar, material yang teronggok di atas terkena air dan hanyut ke sungai,” papar Nana.
2. Erupsi Sudah Diperkirakan
Menurut Prof Nana, proses mitigasi kebencanaan gunung berapi di Indonesia sudah baik.
Indonesia sudah memiliki peta kawasan rawan bencana yang disusun oleh ahli geologi dan vulkanologi.
Peta ini menjadi pedoman lembaga terkait melakukan mitigasi bencana khususnya erupsi gunung berapi.
Peta ini telah memetakan wilayah-wilayah rawan bencana, termasuk di dalamnya permukiman yang rawan terdampak serta sungai yang akan menjadi aliran lahar.
Selain itu, lokasi pengamatan, jalur evakuasi, hingga lokasi pengungsian sudah dipetakan dengan baik dalam peta tersebut.
“Dari kejadian erupsi Gunung Semeru kemarin, tampak bahwa peta lokasi yang terkena bencana dapat dikatakan 90 persen tepat,” jelasnya.
Ia mengatakan, erupsi gunung berapi sudah bisa diprediksi sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam yang muncul.
Hal ini juga telah didukung protokol mitigasi yang baik. Informasi erupsi sudah dapat disampaikan ke masyarakat satu jam sebelum letusan berapi.
“Dalam ukuran satu hari atau satu jam sudah termasuk bagus berdasarkan kacamatan mitigasi bencana.
Jadi, erupsi Semeru kemarin bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa pemberitahuan,” jelasnya.
3. Tanda Alam Kesaksian Warga
Adapun tanda alam sebelum terjadinya erupsi Gunung Semeru sempat dirasakan warga setempat.
Marsid (50) mengaku warga di sekitar Gunung Semeru tidak mendapatkan peringatan dini terkait adanya erupsi.
Namun, warga di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo sudah memperkirakan Gunung Semeru akan memuntahkan awan panas.
Perkiraan warga itu didasarkan pada tanda-tanda alam. Marsid mengatakan, empat hari sebelum erupsi biasanya muncul goresan putih.
"Jadi gunung itu tergores lava putih. Nunggu berapa hari lagi pasti terjadi lahar," kata Marsid saat ditemui di Desa Supit Urang.
Tanda alam lainnya yang menjadi patokan warga adalah aliran air. Biasanya, sesaat awan panas turun dari kawah Gunung Semeru, seluruh aliran air di desa itu kotor.
"Semua air di daerah sini ini kotor semua. Setelah ada air kotor pasti turun lahar gitu. Dan hujan terus menerus. Warga sini sudah tahu (pertandanya)," katanya.
Aliran air menjadi kotor karena di daerah hulu sudah tercemar abu letusan Gunung Semeru.
Kemudian saat erupsi pada Sabtu, awan panas yang keluar dari Semeru meluncur dengan cepat.
Dalam kurun waktu dua jam, awan panas itu sudah menerjang permukiman warga di Dusun Sumbersari, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo.
"Dua jam sudah lewat (awan panasnya), kejadiannya sudah seperti ini," jelasnya.
Hal serupa disampaikan warga Dusun Sumbersari, Ponidi (40). Dia menyebut aliran air di dusun itu menjadi keruh sebelum aliran lahar lewat.
Ketika melihat fenomena alam itu, warga sudah mulai waspada. Saat erupsi pada Sabtu, warga sudah menyadari potensi bencana Gunung Semeru. Sehingga, warga segera mengevakuasi diri.