Berita Trenggalek
Awas, Puluhan Desa di Trenggalek Berstatus Rawan Longsor
BPBD Kabupaten Trenggalek menyebut ada puluhan desa yang tersebar di 10 kecamatan di Trenggalek yang rawan longsor.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.com | TRENGGALEK - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek telah memetakan daerah-daerah rawan tanah longsor, menjelang musim penghujan akhir tahun ini.
Pemetaan itu dilakukan mengingat Kabupaten Trenggalek mulai sering diguyur hujan. Meski baru bersifat lokal, hujan yang terjadi sudah menimbulkan dampak tanah longsor di beberapa tempat.
Sekretaris BPBD Kabupaten Trenggalek Tri Puspitasari menjelaskan, sebanyak 44 desa di 10 kecamatan di Kabupaten Trenggalek masuk dalam wilayah rawan longsor.
Itu artinya, hanya 4 kecamatan di Trenggalek yang kerawanan tanah longsornya dianggap minim.
Mayoritas, kecamatan yang masuk dalam peta rawan tanah longsor merupakan daerah pegunungan yang memiliki kontur bukit yang banyak.
Seperti di Kecamatan Pule (10 desa) dan Kecamatan Bendungan (8 desa).
Selain itu, kecamatan lain yang masuk dalam peta rawan tanah longsor adalah Kecamatan Panggul (5 desa), Tugu (4 desa) Watulimo (3 desa), Trenggalek (3 desa), Kampak (3 desa), Durenan (3 desa), Dongko (3 desa), dan Munjungan (2 desa).
Akibat kerawanan itu, kata Puspitasari, BPBD telah mendistribusikan bronjong atau penahan longsor ke desa-desa rawan. BPBD juga telah mengajukan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana agar penanganan bisa dilakukan dengan cepat saat bencana terjadi.
“Anggaran itu kami ajukan ke BNPB (Badan Nasional Penanggulanan Bencana) dan BPBD Provinsi Jawa Timur,” sambungnya.
Yang juga utama, pihaknya kini tengah memulai untuk datang ke desa-desa rawan untuk mengedukasi masyarakat setempat soal risiko yang ada. Harapannya, dampak buruk dari bencana bisa diminimalisir secara maksimal.
“Kami juga telah membentuk Desa Tangguh Bencana, Satuan Pendidikan Aman Bencana serta memasang rambu jalur evakuasi di titik-titik krusial,” tuturnya.
Puspitasari menjelaskan, belum ada laporan retakan tanah yang berpotensi membesar menjadi tanah longsor selama musim kemarau.
“Namun setelah musim penghujan, ada beberapa lokasi terjadi gerakan tanah. Seperti di Desa Salamwates, Kecamatan Dongko,” kata dia.
Sejak awal tahun hingga pertengahan September 2021, bencana tanah longsor di Kabupaten Trenggalek terjadi sebanyajk 55 kali.
Jumlah itu merupakan gabungan dari kejadian tanah longsor skala kecil, sedang, hingga berat. Hampir seluruh kejadian juga terjadi di musim penghujan.
Baca juga: Tertimbun Longsor, Jalan Antarkecamatan di Trenggalek Ditutup