20 Wilayah Jatim Masih Zona Oranye, Ini Update Covid-19 Jawa Timur Hari Ini 12 September 2021
Sebanyak 20 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim) masih berstatus zona oranye atau wilayah dengan tingkat penyebaran sedang.
Penulis: Alif Nur Fitri P | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Sebanyak 20 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim) masih berstatus zona oranye atau wilayah dengan tingkat penyebaran sedang.
20 kabupaten/kota tersebut di antaranya, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jember, Kota Blitar, Kabupaten Ponorogo.
Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Gresik.
Serta, Kota Batu, Kota Madiun, Kota Probolinggo, Kota Kediri, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Mojokerto.
Baca juga: Polisi Masih Selidiki Sumber Ledakan yang Menyebabkan Rumah Hancur di Mojokerto
Adapun melansir infocovid19.jatimprov.go.id, Jawa Timur mendapatkan tambahan 547 kasus baru.
Angka tersebut terpantau mengalami stagnasi dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Penambahan terbanyak terjadi di Surabaya dengan tambahan 51 kasus, Kabupaten Ponorogo 42 kasus, Kabupaten Kediri 28 kasus.
Serta, Kabupate Blitar dengan tambahan 27 kasus dan Kabupaten Malang 24 kasus.
Penambahan kasus baru di Jawa Timur diimbangi dengan pasien yang telah dinyatakan sembuh.
Sebanyak 681 pasien telah dinyatakan bebas dari virus corona.
Pasien sembuh terbanyak terjadi di Surabaya dengan 51 pasien sembuh, Kabupaten Ponorogo dengan 42 pasien sembuh, dan Kabupaten Kediri dengan 28 pasien sembuh.
Berikut update lebih lengkapnya.
Konfirmasi : 390235 (+547)
Aktif : 5687 (-173)
Sembuh : 355495 (+681)
Meninggal : 29053 (+39)
Cara Pemprov Jatim Antisipasi Varian Mu dariPekerja Migran
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mewaspadai masuknya varian baru virus corona B1621 atau Mu ke Indonesia dan Jawa Timur.
Selain dengan terus mengedukasi protokol kesehatan, Pemprov Jatim juga terus mengetatkan protokol khususnya pada kedatangan tenaga migran yang pulang ke Jawa Timur.
Lantaran ingin memastikan bahwa tidak ada varian baru yang masuk ke Jatim lewat tenaga migran, setiap tenaga migran yang pulang ke Jatim hingga saat ini diterapkan swab PCR, dan disiapkan isolasi terpusat, agar mereka dikarantina selama 8 hari sebelum dipastikan aman dan tidak membawa virus saat pulang ke kampung halaman.
"Kita hari ini terkonfirmasi dan harus mewaspadai bersama bahwa ada varian baru covid-19 yaitu varian Mu, tentu kita berharap varian baru ini tidak masuk Indonesia, tapi mobilitas dan interaksi antar bangsa itu tinggi sekali," kata Khofifah, Kamis (9/9/2021).
Oleh sebab itu, saat ini di Jawa Timur sudah disiapkan Asrama Haji sebagai isolasi terpusat bagi para tenaga migran yang baru kembali dari luar negeri. Sistem isolasi ini diterapkan sejak kewaspadaan masuknya varian delta.
Pasalnya sejak bulan April lalu hingga saat ini setiap hari selalu ada ratusan pekerja migran yang masuk ke Jatim lewat jalur udara. Dan mereka langsung dilakukan isolasi di Asrama Haji.
Begitu tiba di Jatim mereka akan langsung diswab PCR dan menunggu sampai hasil keluar di Asrama Haji tersebut.
Jika hasilnya negatif, mereka akan dijemput dan dikawal oleh Pemkab masing-masing dan melakukan tes usap ulang di daerahnya.
Begitu hasilnya positif maka baru boleh kembali ke kampung halamannya masing-masing.
"Nah kalau ada yang positif hasil swabnya, dan CT nya di bawah 20 mereka akan langsung dilakukan genome sequencing. Nah kendalanya adalah alat untuk genome sequencing laboratorium biosafety level 3 (BSL 3) di Jatim baru ada 1 yaitu di ITD Unair," tegas Khofifah.
Padahal untuk bisa melakukan deteksi dengan cepat sehingga antisipasi yang dilakukan juga bisa dipercepat, maka dibutuhkan alat uji dan tes yang memadai. Termasuk jumlahnya yang mencukupi.
Oleh sebab itu, Gubernur Khofifah kini tengah meminta ke Pemerintah Pusat agar ditambahkan alat tes genome squencing BSL3 untuk bisa mendeteksi dengan cepat varian varian baru covid-19.
"Saat kami ketemu Presiden di Pendopo Madiun, saya menyampaikan bahwa kami di Jatim butuh tambahan BSL3. Bukan hanya kerena ada varian baru tapi lebih juga karena genome squencing ini secara teknologi kedokteran itu kebutuhan kita," tegasnya.
Bahkan Khofifah juga telah menyampaikan bahwa kebutuhan tambahan alat tersebut mendesak dan diharapkan segera dipenuhi oleh Kementerian Kesehatan.
"Kita butuh ini mendesak supaya mematikan bahwa kalau ada varian baru itu terdeteksi lebih dini dan lebih cepat penanganannya agar tidak sampai tersebar luas," pungkas Khofifah.
Sebagaimana diketahui bahwa covid-19 varian Mu pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021. Dalam laman resmi WHO, Mu secara ilmiah dikenal sebagai B.1.621 dan telah diklasifikasikan sebagai variant of interest (VOI).
Kasus covid-19 varian Mu telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa. Dalam hal ini, badan kesehatan global mengatakan, varian Mu memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin Covid-19.