TRIBUNMATARAMAN.COM I SURABAYA - Keberanian adalah satu-satunya pilihan ketika dihadapkan dengan sebuah peluang, karena kesempatan tidak datang dua kali.
Hal ini dibuktikan oleh Afrigh Abrar Brahmantya, sosok putra daerah asal Mempawah, Kalimantan Barat.
Afrigh merupakan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga, angkatan 2022.
Afrigh memiliki ketertarikan di bidang bahasa, sastra, dan budaya.
Sehingga menjadi salah satu motivasinya untuk mengukir pengalaman berharga dengan mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri.
Afrigh berkesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar di Ateneo de Manila University, Filipina pada 15–28 Juni 2025 lalu.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh ASEAN University Network (AUN), yakni organisasi jaringan universitas di wilayah Asia Tenggara.
AUN berfokus untuk meluaskan serta memperkuat jalinan kerja sama di bidang pendidikan tinggi antarnegara di ASEAN.
Tidak hanya sebatas kerja sama, AUN juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi negara anggotanya.
Salah satu bentuk program untuk mendukung tujuan tersebut adalah memfasilitasi pertukaran pelajar serta menyediakan beasiswa bagi kampus yang terafiliasi dengannya.
Namun, tidak semua kampus di negara ASEAN merupakan bagian dari AUN.
Sebab, untuk menjadi anggotanya, kampus perlu mengajukan permohonan dan memenuhi birokrasi yang telah ditetapkan oleh AUN.
Saat ini, AUN telah menghimpun total 30 universitas dari 10 negara ASEAN.
Di Indonesia, kampus yang menjadi bagian dari organisasi tersebut, di antaranya adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Baca juga: Cara Nonton Live Streaming Inter Miami vs UANL di Leagues Cup 2025
Mengetahui probabilitas untuk mengikuti pertukaran pelajar di luar negeri cukup besar dengan bermodalkan kampus yang menjadi bagian dari AUN, Afrigh tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mewujudkan impiannya.
“Sejak awal kuliah, aku memang punya target untuk ikut pertukaran pelajar. Karena bagiku, pergi ke luar negeri merupakan daftar keinginan yang harus terwujud,” terangnya, Rabu (13/08/2025).
Mulai tahun pertama, Afrigh tergolong mahasiswa yang aktif. Berbagai kegiatan seperti kompetisi, organisasi, sukarelawan, publikasi ilmiah, bahkan pekerjaan freelance juga pernah ia jajaki.
“Aku coba semuanya, dengan tetap menjaga supaya IPK aman. Jadi imbang antara akademik dan nonakademikku,” ujarnya.
Keputusan Afrigh mengikuti pertukaran pelajar salah satunya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh eksposur internasional, dengan mengenal budaya baru, bertemu orang-orang dari berbagai negara, hingga merasakan atmosfer belajar yang berbeda.
“Selain itu, pertukaran pelajar yang aku ikuti ini gratis, jadi beruntung banget. Semua biayanya sudah ditanggung, sementara tugasku hanya belajar untuk memaksimalkan kesempatan ini,” ungkapnya.
Dorongan lain yang memotivasinya datang dari senior dan alumni yang pernah mengikuti pertukaran pelajar, mulai Australia hingga Amerika.
Ketika mengikuti pertukaran pelajar, rintangan terbesar yang mesti dihadapi Afrigh bukanlah persoalan bahasa, melainkan seni berkomunikasinya.
“Kadang logat mereka beda, tone juga beda. Jadi apa yang aku tangkap belum tentu sama dengan apa yang mereka maksud. Harus pintar-pintar menyesuaikan,” tuturnya.
“Tapi bukan kendala bahasa ya, lebih ke kebiasaannya,” imbuhnya.
Untuk sampai di titik ini, Afrigh memiliki prinsip hidup yang senantiasa dijadikan pegangan.
“If there is a will, there is a way. If we never try, how will we know?” katanya.
Menurut pemuda berdarah Melayu ini, setiap peluang harus diambil dan dimanfaatkan dengan baik. Karena di mana ada kemauan, pasti ada jalan.
“Setiap ada kesempatan itu diambil dulu, karena dari situ akan dapat banyak manfaat, eksposur, dan pengalaman,” tegasnya.
Baca juga: Jadwal EPL Sabtu-Minggu Mulai 23-24 Live SCTV Chelsea, Man City, Liverpool, Arsenal, Man United
Pengalaman tersebut sangat berharga bagi Afrigh karena ia mendapat banyak sekali pelajaran, seperti saling memahami dalam berkomunikasi satu sama lain, menghargai budaya, hingga menikmati setiap momen.
“Hargai waktu dan nikmati momennya, tapi jangan sampai terlena,” ungkapnya.
Bagi Afrigh, hidup merupakan titik keberanian untuk melangkah. Ia tumbuh bersama keyakinan bahwa tidak ada kesempatan yang boleh sia-sia.
“Kalau masih muda, coba semua kesempatan. Kita nggak pernah tahu hasil apa yang bisa kita petik,” pesan pemuda kelahiran 2003 itu.
(Dhea Berta Marsella/tribunmataraman.com)
Editor : Sri Wahyunik