Berita Terbaru Kota Kediri

48 Menit Melawan Arus, Perjalanan Steven Andrian di Selat Madura dalam Kompetisi Finswimming

Penulis: Luthfi Husnika
Editor: Sri Wahyuni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ATLET - Steven Andrian (34) asal Kota Kediri saat menerima medali usai berhasil menaklukkan ganasnya arus dan ombak Selat Madura dalam kompetisi Kopaska Fin Swimming Selat Madura Piala Kasal 2025.

TRIBUNMATARAMAN.COM I KEDIRI - Steven Andrian, pemuda asal Kota Kediri, berhasil menaklukkan ganasnya arus dan ombak Selat Madura dalam kompetisi Kopaska Finswimming Selat Madura Piala Kasal 2025.

Perlombaan ini merupakan puncak gelaran Extreme Festival 2025 di Koarmada II Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (9/8/2025).

Pria kelahiran Oktober 1990 ini menjadi bagian dari ratusan peserta yang terjun ke perairan Madura untuk menempuh jarak sejauh 5 kilometer.

Steven berhasil finis di menit ke-48, jauh lebih cepat dari batas maksimal waktu yaitu 75 menit.

"Ini pengalaman pertama saya mengikuti kompetisi berenang, apalagi kategori extreme seperti ini," ujar Steven saat ditemui, Jumat (15/8/2025).

Baca juga: Paripurna DPRD Kabupaten Kediri, Ketua Dewan Apresiasi Program Kesejahteraan Rakyat

"Arus di Selat Madura memang terkenal deras dan berubah begitu cepat. Tantangannya luar biasa," imbuhnya.

Menurut Steven, lima menit pertama di air merupakan momen paling menegangkan. Banyak peserta yang meminta pertolongan panitia karena diduga mengalami kram atau kelelahan.

"Banyak teman-teman yang baru masuk lima menit sudah minta tolong. Mereka kemungkinan kram karena harus terus menggerakkan kaki melawan arus yang keras," jelasnya.

Ia menambahkan, kram bisa terjadi apabila persiapan kurang matang. Karena itu, ia menyiapkan diri dengan latihan intensif jelang kompetisi.

"Saya berenang setiap hari dan rutin ke gym untuk menguatkan otot kaki. Latihan pernapasan juga penting agar nafas tetap stabil selama berenang," ungkap Steven.

Latihan keras itu terbukti membantunya menghadapi kondisi ekstrim di Selat Madura.

Sepanjang 48 menit berenang, ia tidak bisa berhenti atau berenang pelan karena risiko terbawa arus kembali ke start sangat besar.

"Kalau berhenti sebentar, arus bisa membawa kita mundur atau mengubah posisi. Itu yang membuat kompetisi ini begitu menantang," kata Steven.

Selain fokus menghadapi arus, Steven juga harus memperhatikan posisi ketika mengambil nafas.

Alat bantu pernafasan yang digunakan harus tetap aman agar tidak kemasukan air.

Untuk itu, setiap tarikan nafas harus ia perhitungkan. Karena jika salah, air bisa masuk dan mengganggu ritme berenang.

Itu adalah salah satu hal yang ia pelajari dari latihan keras sebelumnya.

Meski berat, Steven mengaku sama sekali tidak terpikir menyerah. Motivasi terbesarnya adalah mencapai garis finish dan bertemu keluarganya.

"Setelah sampai di finish, saya langsung menemui istri, anak-anak, dan keluarga yang mendampingi. Itu momen yang paling membahagiakan," ujarnya dengan senyum bangga.

Proses kompetisi sendiri dimulai dengan peserta diangkut menggunakan kapal dari perairan Surabaya ke perairan Madura, lalu berenang kembali ke perairan Surabaya. 

Peserta yang melebihi batas 75 menit dijemput kapal panitia dan dinyatakan gagal.

"Bagi saya, finis di menit ke-48 sebagai peserta umum adalah pencapaian luar biasa, apalagi ini pengalaman pertama. Kalau ada kompetisi serupa di masa depan, saya pasti akan ikut lagi," tegas Steven.

Keberhasilan Steven ini bisa menjadi inspirasi bagi para pecinta olahraga ekstrem dan menegaskan bahwa persiapan matang, latihan keras, dan mental kuat adalah kunci menaklukkan tantangan ekstrem.


(Luthfi Husnika/TribunMataraman.com)

Editor : Sri Wahyunik