TRIBUNMATARAMAN.COM I LUMAJANG - Gunung Semeru (3.676 Mdpl) terpantau dua kali erupsi dalam rentang waktu enam jam, Rabu (13/8/2025).
Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini mengeluarkan material vulkanik dalam erupsi yang terpantau dalam dua kali waktu berbeda.
Petugas Lapang Pos Pantau Gunungapi Semeru, Sigit Rian Alfian melaporkan Gunung Semeru teramati mengalami erupsi pada pukul 09:38 WIB dengan tinggi kolom letusan mencapai 1 kilometer ke langit.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah selatan dan barat daya.
Erupsi ini terekam di seismograf Pos Pantau Gunungapi Semeru dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 138 detik.
Beberapa waktu berselang, tepatnya pukul 12:52 WIB, Petugas Lapang Pos Pantau Gunungapi Semeru, Liswanto, A.P melaporoan erupsi kembali terjadi di Gunung Semeru dengan ketinggian material vulkanik yang sama yakni 1 kilometer.
Namun kali ini, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
Sementara, hingga pukul 15.18 WIB aktivitas Gunung Semeru terpantau masih berlangsung namun pada waktu tersebut tinggi kolom abu tidak teramati.
Baca juga: Dilema Penggilingan Padi Trenggalek di Tengah Isu Oplosan, Beras Bagus Dicurigai
Menanggapi aktivitas Gunung Semeru terakhir ini, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono dampak adanya erupsi belum dilaporkan. Termasuk fenomena hujan abu juga nihil.
Abu diduga terbawa kencang oleh angin sehingga menyebar secara cepat dan tidak beraturan.
"Nihil untuk dampaknya, belum ada laporan mengenai dampak dari aktivitas Gunung Semeru," beber Yudhi.
Saat ini Gunung Semeru masih berada dalam status Waspada atau Level II.
Berikut rekomendasi BPBD Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, perihal aktivitas yang dilarang di sekitar Gunung Semeru.
Yakni tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, Lumajang, sejauh 8 kilometer dari puncak pusat erupsi.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.