Hanya saja ia menyayangkan jika yang terpilih kotak kosong harus ada Pilkada ulang yang membutuhkan anggaran Rp 30 hingga Rp 60 miliar.
Dalam kesempatan itu, Mas Ipin menceritakan kisahnya menjadi calon tunggal dalam pilkada berawal dari survei yang dilakukan oleh partai-partai.
Kemudian partai-partai mendukungnya dan berkoalisi karena hasil survei peluang Ketua DPC PDI Perjuangan tersebut relatif tinggi.
"Saya berterima kasih kepada masyarakat yang mencerminkan setidaknya melalui survei. Survei pun setidaknya dilakukan oleh partai-partai ketika itu. Sehingga partai-partai usai melakukan survei, mendukung saya. Nampaknya kehendak masyarakat begini sehingga kita gabung menjadi koalisi," terangnya.
Lulusan Magister Manajemen Sumberdaya Manusia Universitas Airlangga Surabaya ini berkomitmen untuk memberikan akselerasi lebih cepat jika diberi amanah kembali memimpin Kabupaten Trenggalek.
Salah satu yang ia upayakan sedari menjadi Paslon adalah mengusulkan ke KPU Trenggalek agar menghemat anggaran tahapan Pilkada sehingga bisa menjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa).
"Kita berusaha lewat LO meminta KPU untuk melakukan penghematan. Jadi harapannya kita bisa menghemat APBD. Sehingga kemenangan saya saya dedikasikan nawaitunya untuk membantu APBD Trenggalek untuk lebih kuat lagi," lanjutnya
Lebih dari itu, Mas Ipin melihat berbagai program dan arahan Presiden Prabowo juga menjadi angin segar bagi pemerintah daerah jika penerapannya bisa konsisten menggunakan produk lokal.
"Seperti contoh ketika makan siang gratis. Ketika nanti bahan bakunya lokal dan dikerjakan oleh orang lokal, kemudian melibatkan UMKM dan tidak hanya di okupansi oleh katering-katering tertentu atau resto-resto tertentu dan semuanya bisa terlibat di sana, rasanya perputaran ekonomi pasti juga akan besar," pungkasnya.
(TribunMataraman/Sofyan Arif Candra)