"Untuk pemicu munculnya gagal ginjal kronis macam-macam, paling utama soal pola hidup, ketidakseimbangan antara istirahat, bekerja olahraga dan makan minum yang masuk ke dalam tubuh," ujarnya.
Menurutnya, pada kebanyakan kasus gagal ginjal kronis di usia remaja karena sering minum-minuman yang banyak memakai bahan pemanis, pengawet, perasa dan penyedap.
Sering minum minuman yang banyak mengandung bahan pemanis, pengawet, perasa dan penyedap membuat ginjal bekerja keras.
Selain itu, juga sering pada usia remaja atau orang muda minum minuman berenergi untuk menambah stamina atau untuk meningkatkan tubuh supaya kuat melakukan kegiatan atau pekerjaan berat.
Pola hidup seperti itu juga tidak baik untuk kesehatan ginjal, karena tubuh dipaksa untuk terus menerus berjaga atau terus menerus bekerja. Tidak hanya untuk ginjal, pola hidup seperti itu juga tidak baik untuk jantung.
"Ini bukan dalam arti mereka minum (minuman berenergi) hari ini sekali atau tiga empat hari sekali, tidak begitu. Ini yang mereka tiap hari minum sering banget, berlebihan, terus menerus," ujarnya.
Untuk itu, Christine menyarankan masyarakat terutama orang usia muda membenahi pola makan dan pola hidup. Minuman paling bagus untuk tubuh yaitu air putih dua liter per hari dan harus rutin olahraga.
"Di luar itu, kalau ada tambahan (minuman) mungkin kopi, teh maupun minuman berenergi ya secukupnya saja, sekali-sekali saja, jangan terus menerus dalam jumlah berlebihan," katanya.
Dokter Ruang Instalasi Hemodialisis RSUD Ngudi Waluyo, dr Fajar Hadi Wijayanto, SpPD mengatakan pemicu penyakit ginjal kronis paling banyak pertama dari hipertensi, kedua dari diabetes, ketiga dari penyakit autoimun dan keempat dari penyumbatan dari ginjal ke saluran kencing.
"Penyakit autoimun itu penyakit seperti sel kekebalan tubuh yang harusnya menyerang penyakit yang masuk ke tubuh, tapi karena ada gangguan sistem akhirnya menyerang tubuh sendiri. Misalnya, penyakit lupus. Itu yang banyak menyerang usia muda. Penyakit autoimun memang bisa memicu gagal ginjal tapi butuh pemeriksaan lebih lanjut," katanya.
Menurutnya, ada lima stadium penyakit gagal ginjal kronis. Biasanya, gagal ginjal kronis stadium satu sampai empat masih bisa ditangani pakai obat. Tapi, kalau sudah masuk stadium lima harus ditangani dengan terapi cuci darah.
Dikatakannya, berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesda) pada 2018 menyebutkan kejadian gagal kronis di Indonesia sekitar 0,38 persen dari jumlah total penduduk.
Kalau jumlah penduduk Kabupaten Blitar sebanyak 1,3 juta orang berarti 0,38 persennya sekitar 52.000 orang.
"Itu berdasarkan statistik. Mungkin, selama ini tidak terdiagnosa. Karena penyakit gagal ginjal kronis awal-awal tidak kelihatan gejala. Kan ada stadium mulai satu sampai lima. Sebenarnya, sesuai statistik masih banyak penyakit gagal ginjal kronis, tapi masih sedikit yang terdiagnosa," ujarnya.
"Terus kaitannya dengan BPJS Kesehatan juga, sebelum dicover BPJS, pasien yang kurang mampu tidak berobat. Sekarang dicover BPJS banyak yang berobat. Sebenarnya, prevalensinya banyak tapi belum terdeteksi," lanjutnya.
(samsul hadi/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer