TRIBUNMATARAMAN.COM - Warganet Tulungagung tengah membahas foto tampilan gas 3 kilogram yang berubah warna menjadi ungu.
Dalam keterangan foto disebutkan, gas 3 kg baru ini akan mengganti gas lama yang berwarna hijau.
“Melon jadi Strawberry. Terjawab sudah kenapa si Ijo langka di pasar selama ini. Ganti cat, ganti nama Bright Gas. Isinya sama 3 kg harganya 40 ribu. LPG NON SUBSIDI."
Baca juga: BREAKING NEWS - Khofifah Buat Kebijakan Melarang ASN Menggunakan Elpiji 3 Kilogram
"Mirip kasus Premium jadi Pertalite, isunya nanti yang muncul karena gak ada peminatnya padahal memang gak ada di pasaran.”
Demikian narasi yang mengiringi penyebaran foto itu di antara grup-grup Whatsapp.
Menurut Sales Brand Manager PT Pertamina wilayah Tulungagung-Trenggalek, Parrama Ramadhan Amijaya, narasi foto itu tidak benar.
“Gas Bright 3 kg tidak dijual di wilayah Tulungagung,” ujar Rama saat dihubungi.
Saat ini gas Bright 3 kg hanya ada di wilayah DKI Jakarta.
Karena itu narasi yang mengatakan gas Bright 3 kg yang menyebabkan kelangkaan gas elpiji bersubsidi adalah salah.
Rama pun menegaskan, pasokan gas di wilayah Tulungagung dan Trenggalek saat ini normal.
Pertamina juga tidak mengurangi kuota gas bersubsidi di kedua wilayah ini.
“Pasokan di tingkat agen dan pangkalan semua normal. Tidak ada gangguan pengiriman,” ujarnya.
Sebelumnya Pertamina menemukan penggunaan gas elpiji 3 kg bersubsidi tidak tepat sasaran.
Rama mencontohkan, ada tiga peternakan di Trenggalek yang menggunakan 57 tabung per hari untuk penghangat kandang.
Dengan tingginya penggunaan yang tidak seharusnya ini mengurangi kesempatan warga untuk membeli gas 3 kg.
“Bayangkan, berapa jumlah warga yang seharusnya bisa menggunakan gas itu,” ujar Rama.
Untuk wilayah Tulungagung, kelangkaan yang paling terasa ada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Kediri.
Pertamina kini fokus untuk mengatasi kelangkaan dengan menambah pasokan di Tulungagung dan Trenggalek.
Hari ini telah disalurkan 20.000 tabung 3 kg tambahan untuk mengimbangi tingginya permintaan.
Pasokan akan ditambah lagi pada hari Sabtu (29/7/2023) dan Minggu (30/7/2023) masing-masing 20.000 tabung.
“Dari 20.000 tabung, 13.000 untuk wilayah Tulungagung, sisanya untuk Trenggalek,” ungkap Rama.
Diakui Rama, cukup sulit mengawasi penggunaan gas subsidi ini di tingkat konsumen.
Apalagi untuk wilayah Tulungagung, peran para pengecer sangat besar.
Biasanya pangkalan akan langsung mengirimkan gas yang baru dipasok ke para pengecer.
“Dari para pengecer ini kita sudah tidak bisa mengontrol, karena pengecer bukan bentukan kami. Distribusi Pertamina hanya sampai tingkat pangkalan,” pungkas Rama.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
--