Waspadai Penyakit Mulut dan Kuku

Peternak di Sidoarjo Obati Sendiri Sapi yang Terkena Penyakit Mulut dan Kuku, Begini Caranya

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhajir, peternak di Desa Ngelol, Kecamatan Taman, Sidoarjo, menyuntikkan obat untuk sapi-sapi miliknya.

Reporter: M Taufik

TRIBUNMATARAMAN. com | SIDOARJO - Peternak sapi di Sidoarjo melakukan pengobatan sendiri terhadap hewan ternaknya yang terkena penyakit mulut dan kuku (PMK). 

Karena sejauh ini memang belum ada vaksin atau obat yang tersedia untuk mengobati dan mencegah penularan penyakit hewan yang menyerang hewan ternak itu.

Seperti yang dilakukan beberapa peternak di Kawasan Taman, Sidoarjo. Mereka melakukan upaya swadaya pengobatan dengan cara menyuntikkan vitamin dan anitibiotik kepada hewan ternak mereka. 

“Selain itu, kami juga bersihkan kendang setiap hari. Supaya hewan ternak bisa tetap sehat,” kata Muhajir, peternak di Desa Ngelol, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Baca juga: Apakah Daging Sapi yang Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku Aman Dikonsumsi?

Diceritakan bahwa penyuntikan dilakukan menggunakan Penstrep-400 dan injectamin sudah berlangsung sekira satu bulan belakangan. Setiap hari penyuntikan dilakukan oleh peternak untuk menjaga Kesehatan hewan ternaknya. 

Para peternak berharap, pemerintah bisa segera menemukan vaksin dan dibagikan kepada mereka. Supaya penyebaran PMK tidak terus terjadi. Yang itu juga sangat merugikan peternak. 

Data di Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Sidoarjo Sidoarjo menyebut, , di Sidoarjo total ada 744 sapi yang telah terdampak. Sebanyak 14 sapi dilaporkan mati dan 18 sapi dipotong paksa.

Kendati demikian, pemerintah mengimbau kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir terkait penyakit mulut dan kaki. Peternak juka diminta agar tidak panic selling atau sibuk menjual semua ternaknya. Di Sidoarjo, angka kematian hewan akibat PMK terbilang masih rendah.

“Meski tingkat infeksiusnya tinggi namun tingkat kematian hewan yang terjangkit PMK masih tergolong rendah, hanya sekira 1,5 persen,” kata Sub Koordinator Kesehatan Hewan Fungsional Medik Veteriner Muda Dispaperta Sidoarjo, drh Rina Vitriasari,.

Rina menyebut bahwa pihaknya telah melakukan tindakan pengobatan secara Simptomatis. Serta melakukan komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang penyakit ini bahwa penyakit ini bukan penyakit zoonosis atau penyakit ini tidak menular ke manusia.

Tak hanya itu, pihaknya juga memastikan bahwa daging sapi yang harus dipotong paksa karena telah positif terdampak PMK tersebut masih bisa dikonsumsi.

“Dagingnya pun masih aman di konsumsi asal dengan proses memasak yang sesuai. Jadi apabila ada indikasi PMK dan terpaksa harus dipotong, maka kita arahkan ke RPH, tidak boleh dipotong sendiri,” sebutnya.

Para peternak diimbau agar cepat melapor jika menemukan gejala awal terhadap hewan ternaknya. Gejala itu seperti demam dan sapi tidak mau makan.

“Segera lapor agar cepat kami tangani dan cepat sembuh,” terangnya.

Halaman
12