Rangkuman:
- Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, pada Maret 2022 terjadi 20 kasus DBD. Sedangkan April 2022 terjadi 15 kasus.
- Di Tulungagung, kasus DBD masih terjadi di kawasan tertentu, utamanya wilayah kumuh dan padat penduduk.
- masyarakat diminta tetap melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya.
TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tulungagung terus menurun.
Kondisi ini tidak lepas dari curah hujan yang terus menurun.
Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, pada Maret 2022 ada 20 kasus DBD.
Kemudian, April 2022 terjadi 15 kasus.
Dari semua kasus itu ada dua kasus kematian pasien, semuanya anak-anak.
"Curah hujan saat ini sudah terus turun. Namun masih ada hujan sporadis," terang Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Didik Eka.
Meski demikian Didik tetap meminta masyarakat waspada.
Kasus DBD masih terjadi di kawasan tertentu, utamanya wilayah kumuh dan padat penduduk.
Di wilayah yang kurang bersih memungkinkan air hujan tertampung di aneka benda, dan menjadi sarang nyamuk.
"Makanya kasus yang muncul juga sporadis, dimana ada air hujan yang tertampung di aneka benda," sambung Didik.
Pada situasi cuaca normal, kasus baru DBD mulai kosong pada Bulan Juni.
Situasi ini terus terjadi hingga Juli dan Agustus, bahkan sampai terjadi hujan di musim berikutnya.
Selain itu kasus baru yang terjadi di Tulungagung juga karena kasus impor.
"Sebenarnya tertular di daerah lain, kemudian pulang ke Tulungagung. Jadi kasusnya tercatat di Tulungagung," tutur Didik.
Selama ini Dinkes melakukan pengasapan (fogging) di daerah yang terjadi penularan DBD.
Upaya ini untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa, vektor pembawa virus DBD.
Namun masyarakat diminta tetap melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya.
"PSN memastikan nyamuk tidak punya tempat berkembang biak di lingkungan kita. Itu lebih efektif mencegah kasus DBD," tandas Didik. (David Yohanes)