Banjir di Mojo Kediri

Sudah 5 Hari, Nenek yang Hilang Terseret Banjir Bandang di Mojo Kediri Belum Ditemukan

Hingga hari kelima, tim SAR gabungan belum menemukan nenek Tekat, lansia yang terseret arus sungai saat banjir bandang di kecamatan Mojo, Kediri

Penulis: Isya Anshori | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/isya anshori
PENCARIAN - Tim BPBD Kabupaten Kediri melakukan pencarian nenek Tekat dengan proses penyisiran sungai Bruni pada hari kelima. Operasi SAR ini dijadwalkan berakhir pada Jumat (23/5/2025) sesuai ketentuan maksimal tujuh hari pencarian.   

TRIBUNMATARAMAN.COM | KEDIRI - Memasuki hari kelima operasi pencarian, tim SAR gabungan belum berhasil menemukan keberadaan Nenek Tekat (70), warga Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, yang dilaporkan hanyut terbawa arus deras Sungai Bruni, Jumat (16/5/2025) lalu.

Kepala BPBD Kabupaten Kediri, Stefanus Djoko Sukrisno mengatakan upaya pencarian masih terus dilakukan dengan menyisir aliran sungai dari Sungai Bruni hingga ke Sungai Brantas.

Operasi SAR ini dijadwalkan berakhir pada Jumat (23/5/2025) sesuai ketentuan maksimal tujuh hari pencarian.

Baca juga: Nenek yang Hilang Terseret Banjir Bandang di Mojo Kediri Belum Ditemukan, Area Pencarian Diperluas

"Harapan kami sebelum masa operasi berakhir, korban bisa ditemukan. Namun jika melihat karakter aliran Sungai Bruni yang deras, tidak menutup kemungkinan korban sudah terbawa hingga Bendung Gerak Waru Turi di Kecamatan Gampengrejo Kediri," jelas Djoko saat ditemui, Rabu (21/5/2025).

Selain menyisir aliran sungai, pencarian juga melibatkan berbagai pihak mulai dari BPBD, TNI, Polri, relawan, hingga warga sekitar. Meski medan cukup sulit, tim tetap melakukan pencarian dengan perahu dan pemantauan darat.

Sementara itu, dari pendataan BPBD, banjir di Desa Blimbing menyebabkan dua rumah warga terdampak langsung, yakni milik Nenek Tekat dan Joko.

Selain itu, jumlah warga terdampak banjir dan tanah longsor di kawasan tersebut bertambah menjadi enam orang.

Menurutnya, banjir di wilayah ini dipicu oleh meluapnya Sungai Bruni, sedangkan bencana longsor terjadi di Desa Pamongan yang masih berada dalam satu kecamatan.

Berdasarkan kajian BPBD, tanah longsor dipicu oleh struktur tanah aluvial yang mudah tergerus air serta minimnya vegetasi penahan tanah.

"Tanaman yang ada di sana seperti tebu dan cengkeh tidak punya akar kuat. Sehingga saat hujan deras turun, tanah langsung longsor karena tidak tertahan dengan baik," ujar Djoko.

Djoko menambahkan, saat meninjau lokasi bersama Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa dan unsur Forkopimda, diketahui bahwa beberapa area longsor berada di lahan pertanian yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk pemukiman atau kandang ternak.

"Beberapa kandang sapi dibangun terlalu dekat dengan bibir sungai. Kalau air meluap, otomatis bangunan tersebut langsung digerus," imbuhnya.

Atas kondisi ini, BPBD mengimbau masyarakat agar lebih sadar terhadap potensi bencana di wilayahnya. Edukasi dan pemahaman tentang tata ruang serta pelestarian lingkungan dinilai penting agar kejadian serupa tidak terus terulang.

"Kami sifatnya mengimbau kepada masyarakat karena potensi bencana selalu ada," ucapnya.

(Isya Anshori/TribunMataraman.com)

editor: eben haezer

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved