Pil Pahit Efisiensi Anggaran

LIPSUS - Anggaran Pemda Dipangkas, Industri Perhotelan di Wilayah Mataraman Was-Was

Kebijakan efisiensi anggaran adalah pil pahit yang harus dirasakan oleh para pelaku usaha perhotelan. Kini mereka merasa Was-was.

Penulis: Isya Anshori | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
WAS-WAS DAMPAK EFISIENSI ANGGARAN: Pengendera melintas di depan Hotel Patria Family milik Grup Hotel Patria di Jl Ir Sukarno, Kota Blitar, Selasa (18/2/2025). Saat ini, pengusaha hotel khawatir pendapatannya menurun dampak kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah pusat. 

"Memang event pemerintahan biasanya mulai ramai setelah Lebaran atau sekitar bulan April. Namun, karena adanya kebijakan pemangkasan anggaran, beberapa agenda pemerintahan yang sudah dijadwalkan terpaksa harus dibatalkan. Salah satu alasannya adalah mundurnya pelantikan wali kota serta pemangkasan anggaran," jelasnya.

Dia menyebut, dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah event pemerintahan yang diselenggarakan di hotelnya mengalami penurunan lebih dari 50 persen.

"Tahun lalu, event pemerintahan di awal tahun sudah mulai ada beberapa. Tetapi tahun ini jumlahnya jauh berkurang. Bahkan, nilai transaksi dari event yang ada pun turun lebih dari 50 persen. Kalau misal dulu 200 juta, sekarang turun tidak sampai Rp100 juta," tambahnya.

Menurutnya, kondisi ini bisa berdampak besar terhadap pendapatan hotel dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perhotelan dan restoran.

"Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan terjadi pengurangan karyawan karena revenue hotel menurun drastis. Belum lagi nantinya akan mempengaruhi PAD daerah tersebut," terangnya.

"Kalau kebijakan ini berlanjut tanpa ada kompensasi atau strategi mitigasi, tentu akan banyak usaha yang kesulitan bertahan,” lanjutnya.

Hindari PHK

General Manager Favehotel Kediri, Kasila Arimba Grace mengatakan, meskipun pahit, kebijakan pemerintah harus tetap diikuti, meskipun memberikan dampak serius bagi industri perhotelan dan pariwisata.

Namun, menurutnya, pelaku usaha tidak bisa hanya pasrah tanpa mencari solusi alternatif.

"Kami belum bisa mengukur dampaknya secara maksimal karena Januari dan Februari memang periode paceklik bagi hotel. Namun, Alhamdulillah, hingga saat ini masih cukup baik," katanya, Senin (17/2/2025).

Kasila mengatakan, biasanya, di awal tahun, baik pemerintah maupun perusahaan swasta mulai menjalankan anggaran mereka sehingga tingkat okupansi hotel pun meningkat.

Namun, tantangan baru muncul karena Maret adalah bulan Ramadan, yang biasanya juga menjadi periode sepi bagi hotel.

Untuk menyiasati penurunan tingkat hunian selama bulan puasa, Favehotel Kediri menghadirkan program khusus seperti acara buka puasa bersama dan ngabuburit yang telah berjalan selama dua tahun terakhir dengan hasil yang terus meningkat.

"Jika market dari pemerintah di Kabupaten mulai berkurang, kami akan mencoba menjangkau pasar di tingkat provinsi," tambahnya.

Kasila menegaskan bahwa meskipun ada tantangan ekonomi, pihaknya berkomitmen untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved