Putra Daerah

Kisah Yamema Dari Tulungagung: Dulu Dianggap Lambat Berkembang, Kini Berprestasi di Bidang Sastra

Dulu pernah speech delay dan terlambat berjalan, Yamema Novela dari Tulungagung kini berprestasi di bidang sastra. Ini kisahnya

|
Editor: eben haezer
ist
Yamema Lovela, mahasiswi UINSA Surabaya 

"Kalau ada yang melihat aku sebagai orang dengan keterbatasan fisik, ya silakan. Aku sudah kebal sejak SD terhadap omongan orang, dan itu tidak pernah mengganggu aktivitas belajarku. Alhamdulillah, orang tua selalu mendukung dan mengajarkan untuk tidak menanggapi hal-hal seperti itu.” Imbuhnya.

Merantau

Yamema pernah bermimpi belajar sastra Indonesia di Universitas Airlangga Surabaya atau di Universitas Negeri Malang (UM).

Namun, dia gagal dalam seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP). Sehingga, membuat Yamema harus mencari kampus islam lain, yang memiliki jurusan sastra Indonesia. 

Pada akhirnya, Yamema berhasil lolos melalui seleksi nasional berbasis tes (SNBT), Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).

“Awalnya, aku ingin masuk UNAIR atau UM dengan jurusan Sastra Indonesia. Tapi aku tidak lolos SNBP. Akhirnya aku mencari cara lain, dan menemukan UINSA yang memiliki jurusan Sasindo, dan akhirnya memilihnya di SNBT sebagai pilihan kedua. Pilihan pertamaku tetap UM, tapi rezekiku ternyata di UINSA.” Katanya.

"Di sisi lain, Surabaya itu kota impian yang pengen aku tuju gitu jadi kayak pas banget keterima di UINSA.” Imbuhnya.

Keinginan untuk merantau ke Surabaya, merupakan keinginan tersendiri. Kedua orang tua Yamema sebenarnya lebih berharap dia tetap di Tulungagung. Setidaknya agar lebih hemat biaya.

“Sebenarnya, ortu pengennya cukup di UIN Tulungagung aja biar hemat biaya gitu. Dan, sebenarnya aku juga lolos tes UMPTKIN di UIN Tulungagung. Jadi waktu itu, aku dilema banget mau ambil yang mana. Tapi pengumuman SBMPTN lebih dulu seminggu dari pada UMPTKIN. Aku sendiri ngotot sih ingin merantau di Surabaya. Soalnya kembali lagi yang tadi, kalo Surabaya itu kota impian aku. Jadi, ortu ngikut kemauan aku.” Katanya. 

Seperti perantau kebanyakan, di awal tinggal di Surabaya, Yamema juga merasakan homesick.

Apalagi, dia juga harus beradaptasi kembali dengan budaya, makanan, cuaca, hingga gaya komunikasi di Surabaya yang berbeda dengan kampung halamannya. 

“Tantangan tersbesar itu, homesick parah pas maba dulu pengen pulang tapi ortu malah kasih saran jangan pulang. Ortu minta dirasakan dulu rasanya merantau itu kayak gimana. Untuk tantangan lain, lebih ke budaya kesehariannya sih soalnya Tulungagung sama Surabaya itu beda banget dari makanan, gaya komunikasinya, terus cuacanya.” Katanya.

Prestasi Sastra

Kecintaan Yamema pada sastra sebenarnya sudah terlihat sejak dia masih remaja. 

Sewaktu kelas 3 SMP, Yamema berhasil menorehkan prestasi gemilang di bidang sastra.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved